KUMPULAN PUISI MAWIE ANANTA JONIE
image |
O, SOEKARNO! KATA MEREKA
Bila sekarang kusaksikan mentari menembus langit mendung,
aku melihat kelaparan sedang menyerang orang di kampung.
Kalau aku membaca berita para pejabat jadi pencuri,
aku ingat Bung Karno perut kekanan politik kekiri.
Sejak di jaman orde baru berkuasa para koruptor,
berebut kesempatan menjadi diktator
Harga harga naik dan tak pernah turun,
ini telah menjadi penyakit menaun.
Dulu kita kenalkan diri Indonesia,
o Sukarno ! kata mereka .
Bila sekarang kusaksikan mentari menembus langit mendung,
aku melihat kelaparan sedang menyerang orang di kampung.
Kalau aku membaca berita para pejabat jadi pencuri,
aku ingat Bung Karno perut kekanan politik kekiri.
Sejak di jaman orde baru berkuasa para koruptor,
berebut kesempatan menjadi diktator
Harga harga naik dan tak pernah turun,
ini telah menjadi penyakit menaun.
Dulu kita kenalkan diri Indonesia,
o Sukarno ! kata mereka .
SENJA DI SEBUAH KANAL
Senja hampir menyelimuti kota pelabuan itu,
dia akan menjadi gelap kalau tak ada cahaya lampu lampu.
Pejalan kaki itu mampir dengan gigil kedinginan dan harapan,
satu tempat kosong tesisa bagi penyeberangan.
Aku baru saja dari kanal berpagar sampah dan gundah,
jaman VOC bersurat tahun tahun menjajah.
Tidak. Mungkin saja ya kalau tak berjaga.
ia datang numpang Orde Baru seri kedua,
Monopoli
teriak anak cucunya pelan pelan suatu hari..
Senja hampir menyelimuti kota pelabuan itu,
dia akan menjadi gelap kalau tak ada cahaya lampu lampu.
Pejalan kaki itu mampir dengan gigil kedinginan dan harapan,
satu tempat kosong tesisa bagi penyeberangan.
Aku baru saja dari kanal berpagar sampah dan gundah,
jaman VOC bersurat tahun tahun menjajah.
Tidak. Mungkin saja ya kalau tak berjaga.
ia datang numpang Orde Baru seri kedua,
Monopoli
teriak anak cucunya pelan pelan suatu hari..
SCHIPHOL AMSTERDAM
Di lapangan tebang hari ini telah datang ribuan penumpang,
kami sekeluarga adalah bahagian yang terbilang.
Ke Asia, Afrika, Amerika, Australia dan atau ke Eropa,
semua punya tempat tersedia semua sudah bertanda.
Aku adalah seorang perantau asal dari negeri ribuan pulau,
istri dan anak lahir di kaki gunung siang malam menghimbau.
Kemanakah tujuan kami hari ini tanya lelaki seperjalanan,
ke Timur ke benua Asia Indonesia kampung halaman.
Puluhan tahun tak pulang kampung,
biduk tiris patah pendayung.
Di lapangan tebang hari ini telah datang ribuan penumpang,
kami sekeluarga adalah bahagian yang terbilang.
Ke Asia, Afrika, Amerika, Australia dan atau ke Eropa,
semua punya tempat tersedia semua sudah bertanda.
Aku adalah seorang perantau asal dari negeri ribuan pulau,
istri dan anak lahir di kaki gunung siang malam menghimbau.
Kemanakah tujuan kami hari ini tanya lelaki seperjalanan,
ke Timur ke benua Asia Indonesia kampung halaman.
Puluhan tahun tak pulang kampung,
biduk tiris patah pendayung.
DIAYUNKANNYA LANGKAH DI AMBANG SENJA
Diayunkannya langkah di ambang senja ombak berdebur,
angin musim dingin terserap kuncup bunga melur
Pada mimpinya atas perjalanan yang direnggut kehidupan,
kita tegak kembali membangun hari depan jadi kekuatan.
Tapi yang kita temui sebuah kenyataan yang disikapi,
tentu bukan jalan keluar kalau tak diberi arti.
Dalam pembuangan atau perburuan itu,
ratusan ribu kita mati di jalan buntu.
Ini pengalaman berdarah,
ini sejarah berdarah.
Diayunkannya langkah di ambang senja ombak berdebur,
angin musim dingin terserap kuncup bunga melur
Pada mimpinya atas perjalanan yang direnggut kehidupan,
kita tegak kembali membangun hari depan jadi kekuatan.
Tapi yang kita temui sebuah kenyataan yang disikapi,
tentu bukan jalan keluar kalau tak diberi arti.
Dalam pembuangan atau perburuan itu,
ratusan ribu kita mati di jalan buntu.
Ini pengalaman berdarah,
ini sejarah berdarah.
Baca: Kumpulan Puisi Khalil Gibran
DOA
Malam keluarga kumpul dan orang sekampung,
ruangan tengah penuh yang di langkan tak bisa bergabung.
Seseorang memanjatkan doa hadirin menadahkan tangan,
aku yang pernah dibilang mati pulanglah dengan aman.
Menangis hatiku meratap untuk orang yang kucintai,
dia pergi dan dikubur karena penyakit tak terobati.
Ibunda jantungmu luka dan kuburmu siapa yang pelihara,
begitu kering begitu duka anakmu jauh di lain benua.
Semoga kembaliku hari ini awal yang akan datang,
meskipun jalan jauh dan tinggal di negeri orang.
Mawi Ananta Jonie
Malam keluarga kumpul dan orang sekampung,
ruangan tengah penuh yang di langkan tak bisa bergabung.
Seseorang memanjatkan doa hadirin menadahkan tangan,
aku yang pernah dibilang mati pulanglah dengan aman.
Menangis hatiku meratap untuk orang yang kucintai,
dia pergi dan dikubur karena penyakit tak terobati.
Ibunda jantungmu luka dan kuburmu siapa yang pelihara,
begitu kering begitu duka anakmu jauh di lain benua.
Semoga kembaliku hari ini awal yang akan datang,
meskipun jalan jauh dan tinggal di negeri orang.
Mawi Ananta Jonie
SENJA DI KAMPUNG
Senja itu kami tiba di kampung terdengar suara seseorang,
kupeluk dia etek tetangga yang meneriaki aku datang.
Di rumah tua berkumpul sanak keluarga lama menanti,
katanya sudah sejak berharihari.
Aku berjabat tangan satu satu yang lupa ingat ingat dulu,
kami mengenang kembali masa puluhan tahun yang lalu.
Di halaman depan istri dan anak anak kusaksikan,
dirangkul nenek nenek dan kaum prempuan.
Persahabatan tak membedakan suku dan bangsa,
karena darah Rakyat punya warna yang sama.
Senja itu kami tiba di kampung terdengar suara seseorang,
kupeluk dia etek tetangga yang meneriaki aku datang.
Di rumah tua berkumpul sanak keluarga lama menanti,
katanya sudah sejak berharihari.
Aku berjabat tangan satu satu yang lupa ingat ingat dulu,
kami mengenang kembali masa puluhan tahun yang lalu.
Di halaman depan istri dan anak anak kusaksikan,
dirangkul nenek nenek dan kaum prempuan.
Persahabatan tak membedakan suku dan bangsa,
karena darah Rakyat punya warna yang sama.
JERITAN KEMERDEKAAN.
Telah lama kami mendengarkan ini jeritan kemerdekaan,
berbagaimacam jalan telah pula dipekikan dan disuarakan
Untuk sebuah kata yang pernah direbut dan dibela dengan nyawa,
dinyanyikan dalam hidup dan matinya anak anak manusia.
Kami yang kini jauh dari tanah air adalah korban perburuan ini,
penindasan penguasa jendral dan polisi negeri sendiri.
Pagi ini aku mndengar suara ciap burung camar ,
beterbangan di angkasa mentari mulai mekar.
Negerimu sedang perang,
rakyat bersenapang.!
Telah lama kami mendengarkan ini jeritan kemerdekaan,
berbagaimacam jalan telah pula dipekikan dan disuarakan
Untuk sebuah kata yang pernah direbut dan dibela dengan nyawa,
dinyanyikan dalam hidup dan matinya anak anak manusia.
Kami yang kini jauh dari tanah air adalah korban perburuan ini,
penindasan penguasa jendral dan polisi negeri sendiri.
Pagi ini aku mndengar suara ciap burung camar ,
beterbangan di angkasa mentari mulai mekar.
Negerimu sedang perang,
rakyat bersenapang.!
TELUK BAYUR
Dia pelabuhan yang membuka pintu hatinya bagi perantau,
datang dan pergi aku mendengar suaranya di lepas pulau.
Di sini aku lahir dan besar dimandikan asam garamnya,
juga masa perang dan damai kami tanggung bersama
Perang pernah menenggelamkan kapal dan tongkang,
tidak itu saja bom dan peluru merenggut nyawa banyak orang.
Depan pelabuhan Pulau Telok berjaga dan melindungi,
dari gelombang datang atau angin dan badai..
Teluk Bayur tempatku lahir,
tempatku menggali pantun dan akar syair.
Dia pelabuhan yang membuka pintu hatinya bagi perantau,
datang dan pergi aku mendengar suaranya di lepas pulau.
Di sini aku lahir dan besar dimandikan asam garamnya,
juga masa perang dan damai kami tanggung bersama
Perang pernah menenggelamkan kapal dan tongkang,
tidak itu saja bom dan peluru merenggut nyawa banyak orang.
Depan pelabuhan Pulau Telok berjaga dan melindungi,
dari gelombang datang atau angin dan badai..
Teluk Bayur tempatku lahir,
tempatku menggali pantun dan akar syair.
DI TUGU SELAMAT DATANG
(bundaran Hotel Indonesia)
Sekali aku berdiri di depan tugu Selamat Datang teringat masa lalu,
dari sini kami demonstran mulai menyerbu mengacungkan tindju.
Pekik dan sorak ganyang kaum imperialis berkumandang lantang,
batu dan bata melayang menabrak kaca jendela meradang.
Api menyala lidahnya menjilat menjalar sampai keluar,
pekik Hidup Bung Karno Hidup Rakyat terasa membakar.
Di jalan Diponegoro pada sebuah rumah perwakilan,
dengan tiang bambu di puncak gedung merah putih dikibarkan.
Sekali aku berdiri di depan tugu Selamat Datang melihat hari ini,
dari sini ribuan demonstran maju tak gentar menentang tirani.
(bundaran Hotel Indonesia)
Sekali aku berdiri di depan tugu Selamat Datang teringat masa lalu,
dari sini kami demonstran mulai menyerbu mengacungkan tindju.
Pekik dan sorak ganyang kaum imperialis berkumandang lantang,
batu dan bata melayang menabrak kaca jendela meradang.
Api menyala lidahnya menjilat menjalar sampai keluar,
pekik Hidup Bung Karno Hidup Rakyat terasa membakar.
Di jalan Diponegoro pada sebuah rumah perwakilan,
dengan tiang bambu di puncak gedung merah putih dikibarkan.
Sekali aku berdiri di depan tugu Selamat Datang melihat hari ini,
dari sini ribuan demonstran maju tak gentar menentang tirani.
UNTUK SEBUAH MIMPI DAN ARTI KATA MERDEKA
Ketika luka luka itu masih terus meradang dengan sakitnya adikku,
aku seberangi sungai dan panjati puncak puncak gunung negerimu.
Ini untuk sebuah mimpi dan arti kata merdeka yang diperjuangkan,
dan di sini aku pernah bikin janji jika aku mati kuburlah tanpa nisan.
Waktu itu barisanmu berderap maju tanpa kata menyerah,
bersemangat sumpah “hutang darah harus dibayar dengan darah”.
Orang orang boleh saja bermimpi ya adikku tiada yang melarang,
tapi kenyataan kenyataan lain dari apa yang dirancang.
Hari ini adalah hari yang Ke 30 pernikahan kita
dibawah tenda dan senja dengan bunga merah kesumba.
Sayup sayup terdengar suara tembakan senapang jauh,
di lekuk siku jalan cinta kita bersauh.
Ketika luka luka itu masih terus meradang dengan sakitnya adikku,
aku seberangi sungai dan panjati puncak puncak gunung negerimu.
Ini untuk sebuah mimpi dan arti kata merdeka yang diperjuangkan,
dan di sini aku pernah bikin janji jika aku mati kuburlah tanpa nisan.
Waktu itu barisanmu berderap maju tanpa kata menyerah,
bersemangat sumpah “hutang darah harus dibayar dengan darah”.
Orang orang boleh saja bermimpi ya adikku tiada yang melarang,
tapi kenyataan kenyataan lain dari apa yang dirancang.
Hari ini adalah hari yang Ke 30 pernikahan kita
dibawah tenda dan senja dengan bunga merah kesumba.
Sayup sayup terdengar suara tembakan senapang jauh,
di lekuk siku jalan cinta kita bersauh.
ALIH TEMANKU DI MASA KANAK KANAKKU DULU
Menyusuri jalan kehidupan masa kanakku dulu jauh di kampung,
sawah ladang tanah berlumpur digoda cicit si burung burung.
Kami rancah jalan kecil tak jauh ada suami istri berternak ayam,
sambil memetik buah pepaya mereka mengingatkan masa silam.
Si Pinta membawa pepaya besar itu di tangan kiri dan di kanan,
berterimakasih dalam bahasa Indonesia dan berjabat tangan.
Alih, ini anakku yang tua Brindo dia si kecil dua dua ingin kemari,
temanku itu punya tiga anak dan seorang istri Nurlela kembang berduri.
Kepada Lili istriku, Brindo dan Pinta, Alih dan aku berbagi cerita,
masa lalu kami ketika jadi tentara semut menjaga merdeka.
Menyusuri jalan kehidupan masa kanakku dulu jauh di kampung,
sawah ladang tanah berlumpur digoda cicit si burung burung.
Kami rancah jalan kecil tak jauh ada suami istri berternak ayam,
sambil memetik buah pepaya mereka mengingatkan masa silam.
Si Pinta membawa pepaya besar itu di tangan kiri dan di kanan,
berterimakasih dalam bahasa Indonesia dan berjabat tangan.
Alih, ini anakku yang tua Brindo dia si kecil dua dua ingin kemari,
temanku itu punya tiga anak dan seorang istri Nurlela kembang berduri.
Kepada Lili istriku, Brindo dan Pinta, Alih dan aku berbagi cerita,
masa lalu kami ketika jadi tentara semut menjaga merdeka.
Semoga kumpulan puisi salah satu sastrawan ternama Indonesia Mawie Ananta Jonie memberi anda inspirasi untuk berkarya demi negeri. Baca juga Kumpulan Puisi WS. Rendra
KUMPULAN PUISI MAWIE ANANTA JONIE
Reviewed by Unknown
on
8:04 AM
Rating:
No comments: