Sunday, April 2, 2017

BIOGRAFI ERNEST HEMINGWAY


photo Ernest Hemingway
image Ernest
Ernest Hemingway lahir pada pada tanggal 21 Juli 1899 di Oak Park, Illinois, kawasan Chicago. Hemingway adalah anak kedua dari pasangan Clarence Edmonds ("Doctor Ed") dan Grace Hall Hemingway. Ayah Hemingway bekerja sebagai dokter. Setelah Ernest lahir, ayahnya meniup sebuah serunai di teras depan, sebagai tanda pemberitahuan kepada tetangga-tetangganya bahwa istrinya telah melahirkan seorang bayi lelaki. Keluarga Hemingway tinggal di sebuah rumah bergaya Victoria, dilengkapi dengan enam kamar tidur, yang dibangun oleh nenek Ernest dari pihak ibunya yang telah menjanda, Ernest Hall, seorang imigran Inggris dan veteran Perang Saudara yang tinggal bersama keluarga itu. Nama Hemingway diberikan mengikuti nama neneknya.

Ibu Ernest memiliki kemampuan menyanyi yang bagus. Pernah bercita-cita ingin menjadi penyanyi opera, kemudian memberikan pelajaran musik dan menyanyi. Ibunya memiliki pemikiran yang dominan dan bekepribadian yang saleh, namun berpandangan sempit merupakan ciri dari etika Protestan yang ketat di Oak Park. Keinginan untuk mendapatkan anak kembar tidak tersampaikan, ia mendandani Ernest yang kecil dan saudara perempuannya Marcelline (18 bulan lebih tua) dengan pakaian yang sama dan gaya rambut yang sama pula, sambil berpura-pura bahwa kedua anak itu "kembar".

Grace Hemingway sering memperlakukan anaknya secara feminin pada masa usia remaja dengan memanggilnya "Ernestine." . tapi hal ini masih banyak mempermasalahkannya—khususnya Kenneth S. Lynn—memberi penjelasan anak-anak dari kelas menengah keluarga Victorian biasa diperlakukan seperti ini.

Ibu Ernest menaruh harapan anaknya yang akan mengembangkan keinginannya bermusik. Ernest mewarsi minat ayahnya yang aktif dalam kegiatan di luar rumah, yaitu berburu dan memancing di hutan-hutan dan danau-danau di Michigan utara. Keluarga itu memiliki sebuah rumah yang dinamai Windemere di Danau Walloon, Michigan dan acapkali menghabiskan liburan musim panas di sana.

Ernest belajar di SMA Oak Park dan River Forest. Nilai-nilai akademis maupun atletik mendapatkan nilai yang bagus. Ernest cenderung bertinju dan bermain rugby, serta menonjol dalam pelajaran sastra Inggris. Pengalaman pertama dalam menulis adalah menjadi untuk Trapeze dan Tabula, surat kabar dan majalah sastra sekolah.

Setelah lulus SMA Ernest tidak melanjutkan pendidikannya. Dia mengawali karir menulisnya pada usia 17 tahun sebagai reporter. Dan bekerja untuk The Kansas City Star (1917) selama enam bulan, dilain hal karena pekerjaan ini bertentangan dengan ayahnya. Kemudian berusaha bergabung dengan Angkatan Darat Amerika Serikat, untuk melihat secara lansung aksi dalam Perang Dunia I. informasinya tidak begitu jelas namun dikatakan Ernest gagal dalam ujian kesehatan karena penglihatannya yang buruk. Karena masalah itu ia bergabung dengan Korps Ambulans Palang Merah berangkat ke Italia.

Dalam perjalanan ke front Italia, ia berhenti di Paris, yang saat itu terus-menerus dibom oleh artileri Jerman. Ernest memilih tidak tinggal di tempat yang relatif aman di Hotel Florida, sebaliknya berusaha mencapai arena pertempuran sedekat mungkin.

Setelah tiba di front Italia, ia menyaksikan perang yang mengerikan pada hari pertama tugasnya, sebuah pabrik amunisi dekat Milano meledak. Ernest harus memungut potongan-potongan tubuh manusia. Banyak ditemukan perempuan karena mereka dominan bekerja di pabrik. Kejadian tidak pernah diduga dan sangat mengerikan ini membuatnya gemetar. Dan tak ada serdadu yang membantunya untuk meringankan kengerian dilihat. Diantaranya Eric Dorman-Smith, mengutip satu baris ungkapan dari buku Henry IV karya Shakespeare “aku tidak peduli, mati hanya satu kali; kita berutang maut kepada Tuhan ... dan biarkanlah hal itu terjadi sesukanya; orang yang mati tahun ini berarti bebas pada tahun depan. (Hemingway sendiri kelak mengutip ungkapan dari Shakespeare yang sama ini dalam cerita-cerita pendek Afrikanya yang terkenal.)

Di front Italia pada 8 Juli 1918, Ernest terluka ketika sedang mengirim pasokan kepada tentara, hingga kariernya sebagai pengemudi ambulans pun berakhir. Detail kejadian masih belum begitu jelas. Tetapi Hemingway pasti terkena pecahan mortir parit Austria yang meninggalkan potongan-potongannya di kedua kakinya, akibat sebuah rentetan tembakan senapan mesin. Karena itu ia dianugerahi Medali Perak (medaglia d'argento) dari pemerintah karena, sementara terluka, ia menyeret seorang serdadu Italia yang terluka hingga ke tempat aman.

Setelah kejadian ini, Ernest dirawat di sebuah rumah sakit Milano yang dikelola oleh Palang Merah Amerika. Tidak ada hiburan dan tidak banyak dapat dilakukan selama dirumah sakit. Ernest menghabiskan waktunya minum-minum dan membaca surat kabar. Di tempat itu dia bertemu dengan Suster Agnes von Kurowsky dari Washington, D.C., salah seorang dari 18 perawat yang masing-masing merawat empat pasien. Ernest jatuh cinta kepada Suster Agnes, yang usianya lebih tua enam tahun darinya, tetapi hubungan mereka tidak berlanjut. Setelah ia kembali ke AS, Suster Agnes jatuh cinta dan menikah dengan lelaki lain. Kejadian-kejadian ini memberikan inspirasi dan kemudian dijadikan fiksi dalam salah satu novel Ernest, A Farewell to Arms.

Setelah Perang Dunia, Ernest kembali ke Oak Park. Merasa terusir dari Amerika karena sebagian orang melarangnya minum minuman keras, pada 1920 ia menerima pekerjaan di Toronto, Ontario pada Toronto Star. Ia bekerja di sana sebagai penulis lepas, penulis staf, dan koresponden asing. Di Toronto ini Ernest bersahabat dengan Star Morley Callaghan seorang wartawan. Callaghan telah mulai mengarang cerita-cerita pendek dan menunjukannya pada Ernest, yang memujinya sebagai karya yang indah. Callaghan dan Ernest berjuang bersama kembali di Paris.

Ernest tinggal dekat bagian utara Chicago (1920 hingga 1921), bekerja untuk sebuah surat kabar kecil Pada 1921, Ernest menikah dengan istri pertamanya, Hadley Richardson. Bulan September, ia pindah ke apartemen lantai empat yang sederhana di 1239 North Dearborn dekat bagian utara Chicago yang kumuh. Gedung ini masih berdiri sekarang dengan plakat di depannya yang berbunyi "Apartemen Hemingway." Hadley merasa apartemen itu gelap dan meresahkan dan, sebagian karena alasan ini, Ernest bersama istrinya memutuskan untuk tinggal di luar negeri untuk sementara waktu. Pada Desember 1921 mereka meninggalkan Chicago dan Oak Park untuk selama-lamanya.

Atas nasihat Sherwood Anderson, mereka menetap di Paris, dan di sana Ernest meliput Perang Yunani-Turki untuk Star. Setelah kembalinya ke Paris, Anderson memberikan kepadanya surat perkenalan untuk Gertrude Stein. Stein menjadi mentornya dan memperkenalkannya pada "Gerakan Modern Paris" yang saat itu berlangsung di Wilayah Montparnasse; inilah permulaan dari lingkaran ekspatriat Amerika yang belakangan dikenal sebagai Generasi yang Hilang, sebuah istilah yang diciptakan oleh Stein. Mentor Ernest lainnya yang berpengaruh adalah Ezra Pound pendiri imagism. Ernest belakangan mengenang kelompok ini dan berkata, "Setengah waktu Ezra benar, dan bila dia keliru, dia keliru sekali hingga kita tidak akan ragu sedikit pun tentang hal itu. Gertrude selalu benar." Kelompok ini seringkali mengunjungi toko buku Sylvia Beach, Shakespeare & Co., di 12 Rue de l'Odéon. Setelah penerbitan tahun 1922 dan dilarangnya karya rekan mereka dari Amerika James Joyce, Ulysses, Ernest menggunakan sahabat-sahabatnya yang berbasis di Toronto untuk menyelundupkan novel-novel itu ke Amerika Serikat. Buku pertama Ernest sendiri, yang berjudul Three Stories and Ten Poems (1923), diterbitkan di Paris oleh Robert McAlmon. Pada tahun yang sama, ketika ia kembali sebentar ke Toronto, anak lelaki pertama Ernest dilahirkan. Ernest meminta Gertrude Stein untuk menjadi ibu serani John. Karena sibuk mengasuh keluarga, Ernest menjadi bosan dengan Toronto Star dan mengundurkan diri pada 1 Januari 1924.

Debut sastra Ernest di Amerika dimulai dengan penerbitan kumpulan cerita pendeknya In Our Time (1925). Sketsa yang kini menjadi antar-bab dari versi Amerikanya mulanya diterbitkan di Eropa sebagai In Our Time (1924). Karya ini penting bagi Ernest, karena menunjukkan bahwa gaya minimalisnya dapat diterima oleh komunitas sastra. "Big Two-Hearted River" adalah cerita terbaik dari kumpulan ini.

Pada April 1925, dua minggu setelah diterbitkannya The Great Gatsby, Ernest berjumpa dengan F. Scott Fitzgerald di Dingo Bar. Fitzgerald dan Ernest mulanya bersahabat karib, seringkali minum dan berbincang bersama. Mereka sering tukar-menukar naskah, dan Fitzgerald banyak menolong perkembangan karir Ernest serta penerbitan kumpulan cerita-ceritanya yang pertama, meskipun belakangan hubungan mereka mendingin dan menjadi lebih kompetitif. Namun istri Fitzgerald, Zelda, sejak awal tidak suka terhadap Ernest. Dengan terang-terangan ia menggambarkan Ernest sebagai orang yang “penuh kepura-puraan” dan “palsu seperti cek karet” serta menyatakan bahwa kepribadiannya yang macho hanyalah sebuah kedok. Ia pun merasa sangat yakin dengan kesimpulannya yang sangat tidak masuk akal. Bahwa Ernest adalah seorang homoseksual dan menuduh suaminya menjalin hubungan cinta dengannya.

Apakah pertimbangan Zelda Fitzgerald tentang hubungan antara kedua orang itu benar atau tidak, sejumlah sumber mengatakan bahwa homofobia Ernest yang tercatat dengan baik dan serangan-serangannya yang banyak diajukan kepada orang-orang yang terang-terangan homoseksual.

Kejadian ini, dimalam yang panjang sambil menenggak alkohol memberikan ilham bagi novel pertama Hemingway yang suksesThe Sun Also Rises (1926). Ia hanya butuh enam minggu untuk menyelesaikannya di restoran favoritnya di Montparnasse, La Closerie des Lilas. Novel ini, yang isinya setengah-biografis karena mengikuti sekelompok ekspatrian Amerika di Eropa, sukses dan dipuji oleh para kritikus. Sementara Hemingway mulanya mengklaim bahwa novel adalah bentuk sastra yang kuno, ia tampaknya diilhami untuk menulis novel setelah membaca naskah Fitzgerald untuk The Great Gatsby.

Ernest bercerai dengan Hadley Richardson dan menikahi Pauline Pfeiffer, seorang Katolik yang saleh dari Piggott, Arkansas, pada 1927. Ernest sendiri pada saat ini beralih menjadi Katolik. Tahun itu bukunya Men Without Women, sebuah kumpulan cerita pendek diterbitkan. Isinya memuat "The Killers", salah satu cerita Ernest yang paling terkenal dan paling sering dimuat dalam antologi.

Pada 1928, ayah Ernest, Clarence, yang mengidap diabetes dan dilanda masalah-masalah keuangan, bunuh diri dengan sebuah pistol tua dari masa Perang Saudara. Tindakannya ini sangat melukai Ernest. Ia segera berangkat ke Oak Park untuk mengatur pemakamannya.

A Farewell to Arms yang diterbitkan pada 1929, menceritakan dengan detail kisah cinta antara Frederic Henry, seorang tentara Amerika, dengan Catherine Barkley, seorang perawat Inggris. Novel ini sangat bersifat otobiorafisnya Ernest sendiri. Plotnya secara langsung diilhami oleh pengalamannya dengan Suster von Kurowsky di Milano; kesakitan yang hebat di saat melahirkan anaknya Patrick oleh istri keduanya, Pauline, mengilhami proses melahirkan Catherine dalam novel tersebut; Kitty Cannell dalam kehidupan nyatanya mengilhami tokoh fiksinya, Helen Ferguson; sang pastor dalam novel ini didasarkan pada Don Giuseppe Bianchi, pastor dari Residem ke-69 dan ke-70 dari Brigata Ancona. A Farewell to Arms membawa kondisi finansialnya lebih dari cukup.

Beberapa cerita pendek Ernest yang paling terkenal ditulisnya periode setelah perang 1938—bersamaan dengan satu-satunya drama terpanjang yang dibuat, berjudul The Fifth Column—49 cerita-cerita tersebut diterbitkan dalam kumpulan The Fifth Column and the First Forty-Nine Stories. Banyak dari cerita-cerita yang dimasukkan dalam kumpulannya ini dapat ditemukan dalam kumpulan lain yang lebih disederhanakan, termasuk In Our Time, Men Without Women, Winner Take Nothing, dan The Snows of Kilimanjaro. Sebagian cerita-ceritanya yang paling utama ada dalam kumpulan ini termasuk: Old Man at the Bridge, On The Quai at Smyrna, Hills Like White Elephants, One Reader Writes, The Killers dan mungkin yang paling terkenal A Clean, Well-Lighted Place. Di antaranya yang paling terkenal adalah The Snows of Kilimanjaro dan The Short Happy Life of Francis Macomber.

Satu lagi kumpulan cerita Ernest yang terbit pada masa hidupnya, Four Stories Of The Spanish Civil War; "The Denunciation" yang memuat cerita yang paling penting. The Nick Adams Stories terbit secara anumerta pada 1972. Apa yang kini dianggap kumpulan definitif dari semua cerita pendek Ernest diterbitkan dengan judul The Complete Short Stories Of Ernest Hemingway, yang pertama kali diterbitkan pada 1987.

Karyar-karya awal Ernest laku terjual dan mendapatkan pujian dari para kritikus. Kesuksesan yang diraih membuat kepribadian Ernest jadi angkuh, bahkan dalam tahun-tahun pembentukan kariernya. Misalnya, ia mulai mengajari F. Scott Fitzgerald bagaimana cara menulis, ia juga mengkritik novelis Inggris Ford Madox Ford itu lemah gairah. Akhirnya mendapat kritikan balik. Jurnal Bookman mengatainya sebagai seorang penulis kotor. Menurut Fitzgerald, McAlmon, penerbit bukunya yang pertama yang non-komersial, mengecap Ernest "seorang yang suka kasar dengan istrinya" dan mengatakan bahwa Pauline seorang lesbian, beredar kabar ia mempunyai hubungan lesbian setelah perceraian mereka.

Max Eastman mengecam Ernest dengan keras. Ia memintanya untuk "keluar dari balik bulu dada palsu itu " tuduhan-tuduhan ini menyebabkan konfrontasi fisik antara keduanya. Eastman belakangan menulis sebuah esai yang berjudul Bull in the Afternoon, sebuah satire tentang karya Ernest Death in the Afternoon. Bagian lainnya dari kritik Eastman menyarankan Ernest mestinya meninggalkan gaya hidupnya yang kesepian, stoisismenya yang membungkam, dan menulis tentang masalah-masalah sosial pada masa kini. Ernest melakukan itu sementara waktu, dalam artikelnya Who Murdered the Vets? untuk New Masses, sebuah majalah, dan To Have dan Have Not mebahas meningkatnya kesadaran sosial.

Tentang kritik-kritiknya, Ernest berkata, "Kita dapat menulis kapan saja bila kita sedang sendirian dan tidak ada yang mengganggu. Atau kita dapat menulis bila kita cukup kejam tentang keadaan soal ini. Tetapi jelas tulisan terbaik terjadi bila kita sedang jatuh cinta," dalam sebuah wawancara dalam The Paris Review, dengan pendirinya, George Plimpton, pada 1958.

Mengikuti nasihat John Dos Passos, Ernest pindah ke Key West, Florida dan di sana ia mendirikan rumah pertamanya di Amerika. Dari rumah batunya yang lama —sebuah hadiah pernikahan dari paman Pauline— Ernest memancing di perairan Dry Tortugas dengan teman lamanya Waldo Peirce, pergi ke bar terkenal Sloppy Joe's, dan sesekali pergi ke Spanyol, untuk mengumpulkan bahan-bahan untuk Death in the Afternoon dan Winner Take Nothing.

Death in the Afternoon sebuah buku tentang adu banteng, diterbitkan pada 1932. Ernest telah menjadi seorang penggemar adu banteng setelah menyaksikan fiesta Pamplona pada 1925, dan mengarang fiksinya dalam The Sun Also Rises. Dalam Death in the Afternoon, Ernest secara panjang lebar membicarakan metafisika adu banteng. Praktik ritualnya, bahkan hampir bagian agama. Dalam tulisan-tulisannya tentang Spanyol ia dipengaruhi oleh empu Spanyol Pío Baroja. Ketika Ernest memperoleh Penghargaan Nobel, ia pergi mengunjungi Baroja, lalu di tempat tidur kematiannya, secara khusus ia mengatakan bahwa ia berpendapat Baroja lebih berhak untuk penghargaan itu daripada dirinya.

Sebuah safari pada musim gugur 1932 membawanya ke Mombasa, Nairobi, dan Machakos di Mua Hills, Kenya. Di Spanyol, ketika menulis laporan tentang Perang Saudara Spanyol, Ernest memutuskan persahabatannya dengan John Dos Passos karena Dos Passos juga sementara menulis laporan, meskipun berkali-kali menulis peringatan mengenai kekejaman, bukan hanya dari kaum Fasis yang tidak disukai Ernest, tetapi juga kaum Republikan yang dibela Ernest. Dalam hal ini, Ernest dihubungkan dengan wartawan Herbert Matthews. Ernest juga mulai mempertanyakan iman Katoliknya, dan akhirnya meninggalkan Gereja itu, meskipun sahabat-sahabatnya mengatakan bahwa ia mempunyai “hubungan yang lucu” dengan iman Katolik hingga akhir hayatnya. Cerita "The Denunciation" tampaknya merupakan otobiografinya, dan karena itu menunjukkan bahwa si pengarang pernah menjadi informan bagi kaum Republikan serta pelatih senjata (The Spanish Civil War (1961) oleh Hugh Thomas). Pada tahun 1935 terbit Green Hills of Africa, sebuah kisah tentang safari Afrikanya. The Snows of Kilimanjaro dan The Short Happy Life of Francis Macomber adalah hasil fiksi dari pengalaman-pengalamannya di Afrika.

Selama hidupnya Ernest pernah menderita infeksi antraks, luka pada bola matanya, luka pada dahinya, flu, sakit gigi, pendarahan, gangguan ginjal. Saat memancing di Spanyol ia pernah mengalami kecelakaan, jarinya terluka hingga ke tulang dalam pada sebuah, luka tersayat di lengan, kaki, dan mukanya karena menunggangi kuda yang lari tidak terkendali melalui hutan lebat di Wyoming, dan lengan yang patah karena kecelakaan mobil.

Francisco Franco memenangkan Perang Saudara Spanyol pada musim semi 1939. Ernest kehilangan tanah air keduanya karena dikuasai oleh kaum nasionalis fasis Franco. Belakangan rumahnya yang tercinta di Key West, Florida karena perceraiannya pada 1940. Beberapa minggu kemudian, Ernest menikahi pendampingnya di Spanyol, Martha Gellhorn, sebagai istri ketiganya. Novelnya For Whom The Bell Tolls terbit pada 1940. Karya terpanjangnya selama Perang Saudara Spanyol, yang terinspirasi pada kejadian-kejadian sesungguhnya, perang Saudara Spanyol Hugh Thomas dan mengisahkan tentang seorang lelaki Amerika yang bernama "Robert Jordan" yang bertempur bersama kaum gerilyawan Spanyol di pihak Republikan. Ini adalah salah satu sastra Hemingway yang paling menonjol. Judulnya diambilnya dari alinea sebelum yang terakhir dari karya John Donne Meditation XVII.

Amerika Serikat ikut terlibat dalam Perang Dunia II pada 8 Desember 1941, dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Ernest berusaha ikut dalam perang laut. Di atas kapal Pilar, yang kini sebuah Q-Ship, awak Ernest ditugasi menenggelamkan kapal-kapal selam Jerman yang mengancam pelayaran di lepas pantai Kuba dan Amerika Serikat. Martha Gellhorn selalu menganggap pengejaran di bawah laut ini sebagai alasan Ernest dan teman-temannya untuk mendapatkan bahan bakar dan minuman keras untuk menangkap ikan. Setelah FBI mengambil alih kontra-spionase di Karibia – J. Edgar Hoover yang sudah sejak awal curiga terhadap Ernest, dan belakangan menjadi semakin curiga. Akhirnya Ernest pergi ke Eropa sebagai koresponden perang untuk majalah Collier's .

Setelah perang, Ernest mulai mengerjakan The Garden of Eden, yang tak pernah diselesaikannya dan kelak diterbitkan secara anumerta dalam bentuk yang sangat sederhana pada 1986. Pada tahap ini, ia merencanakan sebuah trilogi besar yang akan terdiri dari "The Sea When Young", "The Sea When Absent" dan "The Sea in Being", yang terbit pada 1952 dengan judul The Old Man and the Sea saya tidak pernah menduga ternyata buku ini ditulis seorang sastrawan besar, pertama kali lihat buku ini waktu masih SMA, judulnya unik sayang covernya sangat tidak menarik hingga memilih mengabaikannya. Ia tinggal selama beberapa waktu di sebuah kota Italia yang cantik bernama Acciaroli (terletak sekitar 136 km di selatan Napoli. Di sana ia seringkali terlihat berjalan berkeliling kota, dengan sebuah botol selalu di tangannya. Acciaroli terutama sekali dikenal sebagai desa nelayan, dan di sinilah pertama kalinya Ernest mendapatkan ide untuk "The Old Man and the Sea." Ernest terpesona oleh Antonio Masarone, seorang nelayan tua yang mendapat julukan dalam bahasa Italia berarti "Lelaki tua." (Mastracchio) Ada pula cerita "Sea-Chase" (Pengejaran Laut); tiga dari cerita-cerita ini disunting dan dipersatukan sebagai novel yang terbit secara anumerta Islands in the Stream (1970).

Tak lama setelah bercerai dengan Martha, Ernest menikahi koresponden perang, Mary Welsh, yang pernah dijumpainya di luar negeri pada 1944. Novel pertama Ernest setelah For Whom the Bell Tolls adalah Across the River and Into the Trees (1950), yang terjadi di Venezia setelah Perang Dunia II. Ia mengambil judulnya dari kata-kata terakhir Jenderal Stonewall Jackson. Ernest yang sedang dimabuk cinta dengan seorang gadis muda Italia (Adriana Ivancich) pada saat itu, menulis Across the River and Into the Trees yang merupakan kisah cinta antara Kolonel Cantwell (berdasarkan Letnan Jenderal Inggris "Chink" Dorman-Smith) dengan Renata yang muda (yang dibuat berdasarkan Adriana; "Renata" dalam bahasa Italia berarti "dilahirkan kembali"). Banyak menilai novel Ernest kali ini sangat buruk. Bahkan menuduh selera Ernest yang buruk, gayanya yang payah, dan sentimental. Barangkali tuduhan yang terakhir itu yang paling benar, dan cocok dengan keadaan yang sedang terjadi: Ernest sudah makin tua. Tetapi 'Across the River' tetap mempunyai penikmatnya di kemudian hari.

Satu sesi dari trilogy laut yang telah disebutkan di atas diterbitkan dengan judul The Old Man and the Sea pada 1952. Novel itu menuai kesuksesan besar, Ernest benar-benar puas. Mungkin inilah untuk yang terakhir kali dalam hidupnya. Buku itu menghasilkan Penghargaan Pulitzer pada 1953 dan Penghargaan Nobel dalam Sastra pada 1954, serta memulihkan reputasi internasionalnya.

Ernest kembali mengalami kecelakaan dalam sebuah safari, ia mengalami luka dalam dua kecelakaan pesawat terbang secara berturutan. Luka-luka Ernest sangat serius; bahu kanannya, lengan dan kaki kirinya keselo, ia mengalami gegar otak yang parah, untuk sementara waktu penglihatan mata kirinya terganggu, dan pendengaran di telinga kiri, mengalami kelumpuhan sphincter, tulang belakang yang remuk, liver, spleen dan ginjal, serta mengalami luka bakar pada tingkat pertama di wajah, kedua lengan dan kakinya. Beberapa surat kabar AS secara keliru menerbitkan obituarinya karena menduga ia terbunuh dalam kedua kecelakaan itu.

Seolah-olah itu belum cukup, ia luka parah sebulan kemudian dalam sebuah kecelakaan kebakaran, yang membuat ia mengalami luka bakar pada tingkat kedua pada kedua kakinya, dada, bibir, tangan kiri dan bagian atas lengan kanannya. Luka-luka ini menyiksanya cukup lama, sehingga ia tidak dapat pergi ke Stockholm untuk menerima Hadiah Nobelnya.

Secercah harapan muncul dengan ditemukannya sebagian naskah lamanya dari tahun 1928 di gudang bawah tanah Ritz, yang kemudian ditransformasikannya menjadi A Moveable Feast. Meskipun sebagian dari energinya tampaknya telah pulih, candu alkoholnya semakin parah dan membuatnya tidak berdaya. Tekanan darah tingginya serta kolesterol yang tinggi sangat berbahaya. Ia menderita radang aorta, dan depresi, akibat candu alkoholnya keadaan menjadi semakin buruk.

Ernest kehilangan tanahnya di luar Havana, Kuba yang telah dimilikinya selama sekitar 20 tahun, dan terpaksa mengasingkan diri di Ketchum, Idaho, ketika konflik di Kuba mulai meningkat. Pada 26 Februari 1960, Ernest Hemingway tidak dapat mengirimkan ceritanya tentang adu banteng, The Dangerous Summer kepada penerbitnya. Karena itu ia menyuruh istrinya agar meminta temannya, kepala kantor Majalah Life Will Lang Jr., untuk meninggalkan Paris dan datang ke Spanyol. Ernest membujuk Lang agar mengizinkannya menerbitkan naskahnya, bersama-sama dengan sebuah tata gambar sebelum cerita itu muncul dalam bentuk hard cover. Meskipun tidak ada perjanjian tertulis, Ernest sepakat dengan usul itu. Bagian pertama dari ceritanya muncul dalam Majalah Life pada 5 September1960.

Ernest kecewa oleh foto-foto dalam artikelnya The Dangerous Summer. Ia sedang dirawat di Ketchum, Idaho karena tekanan darah tinggi dan masalah livernya —dan juga electroconvulsive therapy (ECT) untuk depresi dan paranoianya yang berkelanjutan. Ada kesimpulan lainnya ada kemungkinan penyebab sakitnya ini ia bunuh diri, karena ia dilaporkan menderita kehilangan daya ingat yang cukup parah. Berat badannya juga menurun, dan tubuhnya yang tingginya sekitar 183 cm tampak kurus dengan berat badan 77 kg.

Ernest berusaha melakukan bunuh diri pada musim semi 1961, dan memperoleh perawatan ECT kembali; namun sekitar tiga minggu sebelum ulang tahunnya yang ke-62, ia bunuh diri pada pagi hari 2 Juli 1961, dengan sebuah senapan yang ditembakkannya ke kepala. Senapan itu dibelinya di Abercrombie and Fitch. Ia dinilai secara mental tidak bertanggungjawab atas tindakan bunuh dirinya, sehinga ia dikuburkan dengan tata-cara Katolik Roma. Ernest sendiri mempersalahkan perawatan ECT karena "membuat ia kehilangan bisnisnya" dengan menghancurkan daya ingatnya. Opini medis dan para pakar kini memperhatikan hal ini.

Beberapa anggota keluarga dekat Ernest juga melakukan bunuh diri, termasuk ayahnya, Clarence Hemingway, dua orang saudaranya Ursula dan Leicester, dan belakangan cucunya Margaux Hemingway. Sebagian orang percaya bahwa beberapa anggota dari garis keturunan ayah Ernest mempunyai kondisi genetik atau penyakit keturunan yang dikenal sebagai hemokromatosis. Dalam kasus ini, konsentrasi zat besi yang berlebihan di dalam darah menyebabkan kerusakan pada pankreas dan juga menyebabkan depresi atau ketidakstabilan dalam cerebrum. Ayah Ernest seorang dokter diketahui mengidap diabetes yang disebabkan oleh kondisi ini pada masa sebelum bunuh dirinya pada usia 59 tahun. Sebagian orang berpendapat Ernest menderita bipolar disorder. Sepanjang hidupnya Ernest adalah seorang peminum berat dan ia menderita kecanduan alkohol pada usia senjanya. Namun ada pula kemungkinan spekulasi medis yang berlebihan mengenai penyakitnya menjelang kematiannya.

Ernest Hemingway dikebumikan di pemakaman kota di Ketchum, di ujung utara kota. Sebuah tugu peringatan, yang dibangun pada 1966, terletak tepat di ujung Trail Creek Road, satu mil di sebelah timur laut dari Penginapan Sun Valley. Ernest Hemingway adalah seorang penulis yang produktif. Pada 1981 banyak dari tulisan-tulisannya yang diterbitkan oleh Scribner dalam Ernest Hemingway Selected Letters 1917-1961. Penerbitan ini menimbulkan sejumlah kontroversi karena Ernest sendiri menyatakan bahwa ia tidak ingin menerbitkan surat-suratnya. Namun, surat-surat ini memberikan rincian dan kepribadian yang membuat bukunya lebih mengasyikkan daripada kebanyakan biografi Ernest. Surat-suratnya yang lain diterbitkan dalam buku tentang korespondensinya dengan penyuntingnya Max Perkins, The Only Thing that Counts [1996].

Ernest masih terus menulis karya-karya baru hingga saat kematiannya pada 1961. Semua dari karya-karya yang tidak selesai ini adalah satu-satunya karangan Ernest yang diterbitkan secara anumerta; karangan-karangannya itu adalah A Moveable Feast, Islands in the Stream, The Nick Adams Stories (bagian-bagian yang sebelumnya tidak pernah diterbitkan), The Dangerous Summer, dan The Garden of Eden. Dalam sebuah catatan yang mengantarkan "Islands in the Stream" Mary Hemingway menunjukkan bahwa ia bekerja dengan Charles Scribner, Jr. dalam "mempersiapkan buku ini untuk penerbitan dari naskah asli Ernest." Dalam catatan itu, ia menyatakan bahwa "di luar aktivitas rutin mengoreksi ejaan dan tanda baca, kami melakukan beberapa pemotongan terhadap naskahnya yang saya rasa Ernest sendiri akan melakukannya. Buku ini seluruhnya milik Ernest. Kami tidak menambahkan apapun ke dalamnya." Sejumlah kontroversi muncul sekitar penerbitan karya-karya ini, sejauh tidak menyangkut sanak keluarga Ernest atau para penerbit yang menentukan apakah karya-karya ini perlu diterbitkan untuk umum. Misalnya, para ahli seringkali mencatat dengan nada negatif bahwa versi The Garden of Eden yang diterbitkan oleh Charles Scribner's Sons pada 1986, meskipun sama sekali bukanlah revisi karya asli Ernest, tetap tidak memasukkan dua pertiga dari naskah aslinya.

Pada 1999, sebuah novel yang lain berjudul True at First Light muncul dengan nama Ernest Hemingway, meskipun buku ini mengalami banyak suntingan oleh anaknya, Patrick Hemingway. Enam tahun kemudian, Under Kilimanjaro, sebuah versi suntingan ulang dan versi yang jauh lebih panjang dari True at First Light terbit. Dalam kedua edisi tersebut, novelnya adalah sebuah kisah fiktif tentang safari terakhir Ernest di Afrika pada 1953–1954. Ia menghabisi beberapa bulan di Kenya dengan istri keempatnya, Mary, sebelum kecelakaan pesawat terbang yang hampir fatal terjadi. Antisipasi akan novel ini, yang naskahnya telah selesai pada 1956, adumbrates barangkali suatu pertempuran besar dan kritis yang tidak pernah terjadi sebelumnya tentang apakah layak menerbitkan karya ini, bahkan sebagai editor Robert W. Lewis dari Universitas North Dakota dan Robert E. Fleming dari Universitas New Mexico telah mendorong agar novel ini diterbitkan. Novel ini akhirnya terbit pada 15 September 2005.

Yang juga diterbitkan setelah kematian Ernest adalah sejumlah kumpulan karyanya sebagai seorang wartawan. Terbitan-terbitan ini memuat kolom dan artikel-artikel yang ditulisnya untuk Esquire Magazine, Aliansi Surat kabar Amerika Utara, dan Toronto Star. Tulisan-tulisannya antara lain adalah Byline: Ernest Hemingway disunting oleh William White, dan Hemingway: The Wild Years disunting oleh Gene Z. Hanrahan. Akhirnya, sebuah kumpulan pengantar, kata pendahuluan, surat-surat publik dan berbagai tulisannya yang lain diterbitkan sebagai Hemingway and the Mechanism of Fame pada 2005.

Pengaruh karangan-karangan Ernest terhadap sastra Amerika sangat besar dan terus dirasakan hingga sekarang. Memang, pengaruh gaya Ernest begitu meluas sehingga dapat terlihat dalam kebanyakan fiksi kontemporer, ketika para penulis menggali inspirasi entah dari Ernest sendiri ataupun secara tak langsung melalui penulis-penulis yang secara sengaja meniru gaya Ernest. Pada masa hidupnya sendiri, Ernest memengaruhi penulis-penulis di lingkungan sastra modernisnya seniri. James Joyce menyebut "A Clean, Well Lighted Place" sebagai "salah satu cerita terbaik yang pernah ditulis". Pulp fiction dan fiksi kriminal "matang" yang berjamuran sejak 1920-an hingga 1950-an, menganggap berutang besar pada Ernest. Gaya prosa Ernest yang padat--"Nick bangkit. Ia tidak apa-apa"—dikenal telah mengilhami Bret Easton Ellis, Chuck Palahniuk, Douglas Coupland dan banyak pengarang Generasi X. Gaya Ernest juga memengaruhi Jack Kerouac dan para pengarang Beat Generation lainnya. J.D. Salinger konon pernah ingin menjadi pengarang cerita pendek besar Amerika seperti Ernest. Hunter S. Thompson sering membandingkan dirinya dengan Ernest, dan kalimat-kalimat singkat gaya Ernest dapat ditemukan dalam The Rum Diary. Thompson juga bunuh diri, dalam cara yang sama seperti Ernest, diduga oleh banyak orang sengaja dilakukan Thompson dalam usahanya menghormati pahlawannya. Di luar para pengarang sastra yang lebih formal, novelis populer Elmore Leonard, yang mengarang sejumlah novel genre Western dan Kriminalitas, menyebut Ernest sebagai tokoh yang paling memengaruhinya, dan hal ini tampak jelas dalam prosanya yang ditulisnya dengan padat. Meskipun ia tak pernah menulis sastra dengan serius, ia pernah mengatakan, "Saya belajar dengan meniru Ernest.... hingga saya sadar bahwa saya tidak mengikuti sikapnya terhadap kehidupan. Saya tidak mengangap diri saya atau apapaun juga dengan serius seperti dia."

Dalam sastra Amerika Latin, pengaruh Ernest mungkin paling jelas kelihatan dalam karya-karya Gabriel García Márquez, yang, misalnya, seringkali menggunakan laut sebagai citra sentral dalam fiksinya. Film 1988 The Moderns mengambil tempat di Paris pada masa Ernest dengan tokoh sentralnya yang bernama Nick Hart, yang bersahabat dengan Ernest. Novelis fiksi ilmiah Joe Haldeman memperoleh Penghargaan Hugo dan Penghargaan Nebula untuk novellanya, The Hemingway Hoax, sebuah cerita yang menjajaki kemungkinan dampak cerita-cerita Ernest yang hilang terhadap sejarah abad ke-20. Band heavy-metal terkenal, Metallica diilhami oleh 'For Whom The Bell Tolls' dan menulis sebuah lagu dengan judul yang sama yang menjadi sangat terkenal. Pada 1999, Michael Palin melakukan napak tilas terhadap kehidupan Ernest, dalam Michael Palin's Hemingway Adventure, sebuah film dokumenter televisi, seratus tahun setelah kelahiran pengarang favoritnya. Perjalanan ini membawanya ke banyak tempat termasuk Chicago, Paris, Italia, Afrika, Key West, Kuba, dan Idaho. Bukuya tersedia di situsnya. Sejak 1987, aktor-penulis Ed Metzger telah melukiskan kehidupan Ernest Hemingway dalam sebuah pertunjukan panggung solo Hemingway: On The Edge, yang menampilkan cerita-cerita dan anekdot dari kehidupan dan petualangan Ernest sendiri. Metzger mengutip Ernest, "Ayahku berkata kepadaku, jangan membunuh apapun yang akan kau makan. Pada usia 9 tahun, aku menembak seekor landak. Itu adalah pelajaran yang paling berat yang pernah kuperoleh."

Saat artikel ini ditulis, hanya seorang anak lelaki Ernest yang masih bertahan yaitu Patrick. Dalam karya Harry Turtledove "Alternate History" Timeline-191, Ernest muncul sebagai tokoh yang mengemudikan ambulans di Front AS-Kanada di Quebec pada masa Perang Dunia. Si tokoh tertembak alat reproduksinya, sehingga ia mengalami depresi berat dan ingin bunuh diri. Dalam novel grafis Dave Sim, Cerebus, kisah "Form and Void" menampilakn Ham dan Mary Ernestway, parodi tentang Ernest dan istrinya Mary. Beberapa tahun terakhir hidup Ernest, termasuk terapi kejutan listriknya, safari yang menyebabkan ia terluka parah, dan bunuh dirinya, digunakan sebagai plot untuk ceritanya. Band Ween menyebutkan Ernest dalam nyanyian "Don't Laugh I Love You". Kata-katanya berbunyi, "Ernest Hemingway akan selalu ada untukku. Tapi kini Ernest Hemingway telah mati." Band rock Bad Religion punk merujuk Ernest dalam lagu mereka "Stranger Than Fiction". Kata-katanya berbunyi, "Aku ingin tahu mengapa Hemingway gila." "Here's to Life" karya Streetlight Manifesto juga menyebutkan Hemingway: "Hemingway tampaknya tidak pernah peduli kehidupan yang normal dan setiap kali saya merasa, hal ini makin berat. Karena itu ia mengarahkan senapannya ke udara. Wajahnya diletakkannya di antara keduanya dan ia menghela napasnya, 'Demi kehidupan!'"

Sumber: wikipedia biografi Ernest Hemingway

Setelah saya membaca dan mengamati biografi Ernest Hemingway. Kebanyakan inspirasi menulisnya didapat dari kehidupan yang dijalani. Bahkan beberapa tokoh dalam cerita yang dibuat dilhami dari orang-orang disekitarnya. Pengalaman hidup memang sumber inspirasi terbaik untuk menulis, tinggal bagaimana kita meramunya agar asam dan manisnya bisa dinikmati banyak orang.

Okei... terima kasih sudah berkunjung. Jangan lupa di share ya. Baca juga cerpen dari Ernest Hemingway

Semoga biografi salah satu penulis terkenal dunia, Ernest Hemingway dapat menjadikan anda lebih semangat berkarya dalam dunia sastra. Baca juga biografi Bernard Batubara

No comments:

Post a Comment