Bersetting negara yang garang akan musim panasnya. Fahri menggali ilmu di universitas Al Azhar bersama dengan empat mahasiswa lainnya yang sudah dianggap layaknya saudara. Fahri tinggal satu flat dengan empat orang masiswa lainnya yang berasal dari Indonesia. Sebagai yang tertua dia yang memegang kendali sebagai kepala rumah tangga.
Musim panas sedang mengganas waktu itu berada di titik 41 derajat Celsius. Semangat merail ilmu dan sekaligus memenuhi janji Fahri tetap keluar dimana kebanyak orang akan berpikir berulang kali keluar akibat panas yang bahkan mampu menyebabkan mimisan.
Tepat diatas flat Fahri tinggal seorang wanita, Maria. Dia sering kali menitip sesuatu setiap kali Fahri keluar. Walau Maria beragama Kristen Koptik, tapi keluarga mereka akrab dengan penghuni flat Fahri. Maria terbilang gadis yang unik. Dia menyukai Al-Qur’an bahkan menghapal beberapa surah, diantaranya surah Maryam.
Saat berada di Metro tiba-tiba terjadi pertengkarang karena seorang perempuan bercadar memberikan tempat duduk nenek yang berkebangsaaan Amerika yang tidak mampu lagi berdiri lama karena tidak ada tempat duduk. Bukannya sanjungan namun semburan cacian oleh salah satu penumpang yang sangat membenci Amerika. Tidak tahan dengan cacian yang sudah kelewat batas akhirnya Fahri membela wanita itu. Wanita bercadar yang bernarma Aisha.
Tiba-tiba ditengah malam keributan terjadi. Bahadur memukuli putrinya, Noura, dan menyumpahinya dengan sumpah serapah. Semua penghuni flat daerah itu mengetahuinya. Dan kejadian ini sudah berulang kali terjadi. Tapi tidak ada yang berani menegur karena tidak ingin berurusan dengan keganasan Bahadur. Fahri yang hanya memandang dari jendela kamar menghubungi Maria agar menolongnya. Walaupun Maria sempat tidak ingin karena siapapun tidak ada yang ingin berurusan dengan si Bahadur. Setelah didesak beberapa kali akhirnya Maria mengalah. Keesokan harinya untuk sementara Noura diurus oleh Nurul, induk organisasi mahasiswi Indonesia di Mesir.
Bantuan yang diberikan sangat menyentuh Noura. Sampai akhirnya dia memberanikan diri mengirim surat cinta pada Fahri. Bagi fahri Noura sudah dianggap seperti adik sendiri. setelah membaca isi suratnya, menganggap perasaan Noura hanya tersentuh dengan kebaikkannya. Karena ini untuk pertama kalinya dia mendapatkan perlakuan yang baik, mendapatkan perhatian, terlepas perlakuan kasar dan penindasan dari keluarganya sendiri.
Satu persatu rencananya berjalan dengan baik, terutma dalam studinya. Tidak terduga pertemuannya dengan syaikh Utsman menanyakan tentang kesiapannya untuk menikah. Sejauh ini Fahri hanya berani merencanakannya namun belum pernah mengutarakannya. Syaikh Utsman belum menyebutkan nama wanita yang di taarufkan ke Fahri. Jelasnya dia seorang wanita yang Fahripun mengenalnya, dan wanita itu sudah sangat mengenalnya pula.
Bagaimanapun Fahri berpikir seperti apa sosok wanita yang dimaksud masih tidak mungkin terbayang siapa yang di maksud syaikh Utsman walaupun mereka sebenarnya sudah saling mengenal. Melalui proses istikharah dan menghubungi ibunya di kampung Fahri akhirnya menyetujui proses taaruf dengan wanita itu.
Tidak dapat disembunyikan keterkejutannya saat mengetahui yang wanita di taarufkan adalan Aisha. Pertanyaan terbesarnya adalah apa yang dia tahu tentang Aisha, selain pertemuan singkat di Metro, dan diskusi bersama Alicia. Itupun tidak ada sama sekali membahas tentang dirinya. Fahri merasa dia terlalu istimewa untuknya. Namun untuk Aisha, Fahri adalah sosok imam yang terbaik untuknya. Dia sudah menelusuri tentang Fahri lewat teman-teman dekatnya, tempat dia belajar, dan semua itu membuatnya memilih Fahri adalah orang yang tepat.
Dibalik berkahnya menuju pernikahan ada orang lain yang tersakiti. Nurul yang tidak kalah menawannya dari Aisha. Beberapa lamaran dari pria baik dan saleh terus dia tolak ternyata dua tahun dia menaruh hati pada Fahri. Namun malu yang begitu besar memilih untuk menyimpannya sendiri. pada akhirnya tidak mampu menahan sendiri terleb ih desakan dari orang tuanya, lewat perantara istri utadz Jalal perasaannya itupun akhirnya diketahui Fahri ini dibilang cinta datang terlambat atau mungkin jodoh tidak kemana, tapi nyelip kiri mungking ada. Kabar ini benar-benar membuat Fahri tersentak. Satu-satunya nama yang membuatnya bergetar bila disebut adalah Nurul. Namun dia merasa tidak pantas untuknya. Jika dua bulan yang lalu Nurul sempat mengatakan “Maukah kau menikahi aku?” kepedihan ini tidak akan terjadi. Setelah bertaaruf dengan Aisha semua perasaannya sudah dipenuhi olehnya, hingga tidak mungkin lagi untuk mundur.
Buntut cinta yang tak terbalaskan akhirnya menusuk Fahri. Noura yang telah ditolaknya membuat cerita bohong saat dia diselamatkan hingga Fahri harus mendekap di tahanan, dan mendapatkan perlakuan yang tidak baik bahkan pelecehan selama di tahanan. Tidak sebatas itu, deretan hati yang luka akibat cinta masih menunggu. Maria terbaring koma di rumah sakit akibat tidak bisa menerima Fahri yang menikah Sepertinya Fahri kebanjiran cinta. Ahlak baik, cerdas pula memang harapan banyak wanita baik.
Kelebihan dari novel ini mampu menceritakan dengan apik tentang keadaan Mesir, hingga kita dapat benar-benar merasakan setting suasananya. Bagaimana interaksi dengan orang Mesir. Sesuai dengan julukan novel ini disebut sebagai pembangun jiwa. Kang Abih begitulah nama panggilannya. Telah menanamkan banyak pesan moral. Dan semuanya berlandaskan Al-Qur’an dan sunnah.
Sungguh, mengemas dalam fiksi kalimat-kalimat yang hanya bisa kita temui jika sedang mendengarkan ceramah, atau forum khusus membahas hal-hal berbau agama tidaklah mudah. Saya merasa kesan itu masih cukup kentara. Tapi setidaknya kang Abih sudah mengupayakan sehalus mungkin. Karena, kalau ini dibaca oleh orang yang awam, pasti merasakan seperti sedang diceramahi. Sisi terbaiknya tutur katanya tidak men-judge kesalahan seseorang, hingga tetap nyaman untuk diterima.
Ada banyak nasehat yang diperoleh dalam novel. Tentang hukum memukul istri dalam Islam. Bagaimana bergaul dengan lawan jenis, terlebih berbeda agama. Namun hubungan tetap baik, dan saling menghargai. Nilai moral lainnya, sebenarnya ini hal sepeleh namun banyak orang melakukan. Fahri tidak tinggal sendirian, dia memiliki empat teman yang usianya berbeda, tapi hubungan mereka sudah seperti saudara. Dan ikatan persaudaraan mereka miliki tetap ada saling menghargai dan ada batasannya masing-masing. Sepeti hal kecil saat Maria memberikan ashir ashab (sejenis minuman) pada Fahri. Tidak ada yang membukanya sebelum yang memang berhak membuka (saran untuk saya nih sering kali barang sodara di sikat tidak peduli izin).
Baca juga Review Idol Gagal
No comments:
Post a Comment