Monday, March 27, 2017

REVIEW ISTANBUL WITH LOVE

cover buku Istanbul With Love


Buku ini aku persembahkan kepada pencari cinta yang tersebar di berbagai belahan bumi. Cintailah seseorang secukupnya saja, jangan memberikan 100% cintamu pada orang yang kau cintai, karena waktu terus berputar dan hati terus berubah. Kau tak akan pernah tahu, apakah cintamu akan bersambut ataukah berakhir dengan mengenaskan.

Apapun bisa terjadi jika itu cinta. Sebaris kalimat singkat yang terbilang nekat ternyata dialami Pia Crystalline yang menjatuhkan pilihan hatinya pada seorang pria yang berdarah Turki, Osman Yazici. Lima tahun saling mengenal lewat social media membuatnya yakin dan tidak peduli berapa biaya dan lamanya perjalanan mampu di halau untuk menemui lelaki yang disukainya.

Terlepas sebelum menemuinya Pia sudah mengutarakan perasaannya namun Osman menolak. Hubungan mereka tetap baik, dan Pia yakin perjalanannya ini tidaklah sia-sia. Selama berada di Turki Pia tinggal bersama keluarga Osman. Semuanya menyambutnya dengan hangat, dan Pia semakin senang dan yakin tetap memberikan cintanya untuk Osman.

Belum sempat beristirahat Osman mengajak Pia bertemu dengan Beyza, sahabatnya. Yang dulu adalah mantan kekasih Osman. Walau Osman tidak pernah mengatakannya pada Pia, tapi dia bisa menangkap dengan jelas tatapan yang diberikan pada wanita itu bukan sebagai sahabat. Rasa minder menghampirinya, melihat penampilan Beyza, sungguh wanita yang nyaris sempurna. Dia cantik dan ramah. Terlebih sangat baik dengannya.

Pia ingin mengenal Turki, dan orang-orangnya lebih dekat, tiap hari menghabiskan waktunya berkelling setiap sudut Istanbul. Ada beragam hal yang ditemui. Salah satunya minuman khas Turki Sahlep saya sempat salah baca sekira salep yang biasanya diminuman saat musim dingin. Perbandingan budaya Indonesia dan Turki. Sistem transportasi, beragam  museum, mesjid, dan pasar-pasar.

Selama berada di Turki, walaupun Osman bekerja, dia selalu memastikan Pia baik-baik saja. Tidak sia-sia pengorbanan Pia. Lelaki yang dulu menolaknya, ternyata bisa merasakan cemburu saat melihat Pia berdansa dengan temannya di persta pertunangan temannya.

Perasaan Pia melambung saat mengetahui Osman bisa cemburu juga. Walau terkadang mengingatkan dirinya sendiri untuk berpikir wajar dan tidak mungkin memiliki, namun serentetan perhatian, rasa peduli, sentuhan tangan Osman selalu membayang. Keyakinan tertanam dalam diri, Osman mencintainya juga.


Mungkin aku terlalu berharap tinggi untuk terlihat
Sempurna
Menutup rapat semua celah agar tak seorang pun menyadari
Berpura-pura tak ada sesuatu pun terjadi
Tetap bungkam, tak peduli
Namun rasa ini sungguh telah membuatku mati
Amarah, sakit hati, trauma, kesedihan yang tersembunyi,
dendam, mimpi buruk yang berkepanjangan
semua berbaur membakarku seperti aou
Aku tak ingin kehilangan senyumanku, semangatku
Namun neraka it uterus saja menyeretku berteriak
dan berusaha melepaskan ketakinanku
luka ini sunggu menyayat
sakit…
Tangis tak lagi bisa mengobati
Baru kusadari
Aku telah menjadi kepingan-kepingan tak beraturan
Berserakan, tersebar tak tentu tujuan
Takan pernah bisa kembali utuh…
Takkan pernah.

Rencana yang dia katakan sebagai liburan di Turki akan segera berakhir. Namun belum ada pernyataan yang sebenarnya dari Osman kalau dia menginginkan Pia. Kejadian mengerikan menghampirnya. Beyza yang mengaku sangat senang dan suka berteman dengannya melakukan pelecehan disaat dia menginap dirumah Beyza. Belum sempat mengatakan apa yang dialaminya, Beyza mengalami kecelakaan, hingga semua perhatian Osman hanya tertuju pada Beyza.

Hanya Beyza yang tahu kalau Osman ternyata menyukai Pia. Namun keadaan tubuhnya tidak memungkinkan untuk memilikinya. Dia tahu Pia sangat menyukai anak kecil, sedangkan dokter sudah memfonisnya mandul. Bujukan Beyza untuk membangun kembali cinta yang pernah mereka miliki berhasil. Namun Osma tidak akan pernah tahu kalau cinta Beyza bukanlah cinta sebenarnya.

Daya tarik terkuat dari novel ini adalah aroma Istanbul yang berhasil memberikan gambaran bagi pembaca. Penulis mampu membawa kita benar-benar merasakan suanan Istanbul. Penggambaran tentang wisata kuliner, bangunan-bangunannya, detail lokasi, transportasi, dan budaya. Karena penulis pernah menjelajah ke daerah Turki. Ada beberapa bagian bahkan di lengkapi dengan foto. Kekurangannya, khusus saat bercerita tentang sejarah dalam sebuah museum. Rasanya seperti sedang mendengarkan dosen mengajar. Selain itu, novel ini lebih menonjolkan sisi petualangan Pia selama di Istanbul. Hingga bagian konflik rasanya kurang mendetail, dan terlalu tergesa-gesa untuk diselesaikan. Seperti yang terjadi saat Pia meninggalkan rumah Osman, setelah Annane bertanya, tidak ada penjelasan lebih detail lagi tentang keluarga itu hingga cerita tamat. Terlebih sosok tokoh Pia dalam cerita memiliki karakter yang berubah-ubah. Dia tidak begitu menyukai orang asing yang terlalu sok akrab, tapi saat bertemu tokoh bernama Fatih tiba-tiba senang berteman dengannya. Bahkan sempat bercerita tentang masalah pribadi. Terlepas dari kekurangan cerita, bagian bab-bab terakhir penulis menyisipkan twist, dan ini menjadi salah satu sisi menariknya.

Terima kasih sudah berkunjung. Baca juga Review Laskar Pelangi

No comments:

Post a Comment