image Wiraga |
TEMPIAS
sebelumnya aku pernah mendamba rincikMu
kota-kota ini, tuan, adalah kota yang berasal dari senja
di dalam lembar-lembar kosong kitab suciMu
hangat, sebentar, melelehkan, dan melelahkan
tapi kematian terlahir sebagai harakat yang panjang
ia harus panjang pula diucapkan, ia telampau jauh
namun menyala
demikian dekat
demikian terang
kota-kota ini tumbuh dari kealpaan, aku adalah napasMu
napasMu telah larut dalam hampa udara dalam doa-doa
sebelumnya aku pernah begitu mendamba rincikMu
sebelum engkau menjelma tempias yang halus
namun amat basah
demikian lekat
demikian erat
KAMAR
kata-kata yang sudah tua
tinggal di dalam kamar
rindu menekuk lutut di sudut
luka bergelantungan di pintu
tidak ada lampu untuk masa lalu
atau cinta yang terbaring dan dendam
cuma kenangan tersangkut di sarang laba-laba
dan ingatan membungkus tubuhnya yang biru
tidak ada kita di atas kasur
atau sisa napas di pinggir bantal
cuma kepergian yang membekas di jendela
dan selembar tirai yang masih menunggu
Kedua puisi diatas diterbitkan pada tahun 2010 dalam kumpulan puisi Bernard Batubara yang berjudul Angsa-Angsa Ketapang. Baca biografi Bernard Batubara
No comments:
Post a Comment