image Poetrysoup |
Khalil Gibran lahir di negeri Lebanon, pada tanggal 6 Januari 1883. Tepatnya di daratan Basyari. Gibran berasal dari keluarga Katolik Maronit. Asal tanah kelahirannya di Basyari dikenal rentan terjadi badai, gempa, dan petir. Hingga sedari kecil Gibran sudah akrab dengan fenomena alam hingga cukup memberikan pengaruh dalam karyanya.
Khalil Gibran Saad Youssef Gibran adalah ayah Khalil Gibran. Dia bekerja di toko apotek pamannya, tapi tak lama kemudian dia terjerat utang yang besar akibat judi dan kehilangan pekerjaannya. Ibu Gibran, Kamila nee Jubran, telah menikah dua kali sebelum menikah dengan ayah Gibran. Dia memiliki seorang anak bernama Peter dari pernikahan pertamanya. Enam tahun lebih tua dari Khalil, dia sangat rajin dan menjadi tulang punggung untuk keluarga.
Perilaku tidak bertanggung jawab ayah mereka menjadikan dia diasingkan oleh keluarga. Terutama Peter. Oleh karena itu, meskipun ia dibebaskan dari penjara pada tahun 1894 keluarganya menolak untuk mengubah rencana mereka untuk menetap di Lebanon. Mereka meninggalkan ayah mereka sendirian dan berangkat ke Amerika Serikat.
Akhir abad 19 banyak imigran yang menuju Amerika. Saat itu usia Gibran masih 10 tahun, bersama ibu, dan kedua adik perempuannya ikut bermigrasi. Letaknya dikawasan Boston, Massachusetts. Semasa tinggal di Amerika baik bahasanya dan gayanya turut membentuk pribadinya. Namun itu hanya berlansung selama tiga tahun karena Gibran ke Beirut. Melanjutkan pendidikan di College de la Sagasse, sekolah tinggi Katolik Maronit sejak tahun 1899 sampai 1902.
Gibran berada di kelas khusus dengan anak-anak imigran lainnya, di mana mereka dibimbing lebih kepada penekanan agar bisa berbahasa Inggris. Disisi lain Gibran pergi ke Denison Rumah Pusat Sosial, sebuah sekolah seni yang terletak di sebuah rumah pemukiman terdekat. Guru-gurunya melihat keterampilan artistic Gibran. Dia diperkenalkan pada Fred Hollan Day sebagai fotografer dan penerbit. Pada saat itulah mereka menemukan bakatnya dalam bidang sastra dan seni, Fred mulai mengarahkannya, dan menyebutnya 'bakat alami'.
Menginjak awal usia remaja Kesultanan Usmaniyah sudah lemah, sifat munafik organisasi gereja, dan peran kaum wanita Asia Barat yang sekadar sebagai pengabdi mendorongnya membentuk visi dengan memiliki sudut pandang ternsediri. Kesadaran perubahan yang terjadi ini Gibran tuangkan ke dalam karya-karyanya yang berbahasa Arab.
Ditinggalkan tanah kelahirannya saat berusia 19 tahun. Jasad boleh pergi kemanapun namun kampung halaman tetap selalu memanggil merindu. Gibran tidak dapat melepaskan begitu saja semua tentang Lebanon. Ada banyak inspirasi didapat dari tanah kelahirannya. Akhirnya Gibran mulai menulis tentang dua budaya yang berbeda namun menjadi satu. Tentang tanah kelahirannya di Lebanon, dan kehidupannya sekarang di Boston.
Karya pertamanya yang ditulis di Boston dan berhasil diterbitkan di New York City berjudul "Spirits Rebellious". Isi cerita tentang kisah kontemporer menyindir keras orang-orang korup. Akhirnya berdampak kembali pada Gibran yang menerima hukuman berupa pengucilan dari gereja Maronit. Tiba-tiba keadaan berbalik. Sindirannya tiba-tiba dianggap sebagai harapan dan suara pembebasan bagi kaum tertindas di Asia Barat. Namun informasi ini masih butuh rujukan yang lebih kuat keadaan sebenarnya waktu itu.
Proses mematangkan jati dirinya selama di Paris hancur seketika dengan terkirimnya kabar dari Konsulat Jendral Turki. Dia harus menerima takdir keluarganya yang hancur. Adik perempuannya yang berumur 15 tahun, Sultana, meninggal karena TBC. Kakaknya, Peter bertugas sebagai tulang punggung dengan bekerja sebagai pelayan toko telah meninggal dunia akibat TBC. Hingga Ibu yang disanjungnyapun meninggal akibat tumor ganas. Satu-satunya yang tersisa, adiknya, Marianna. Yang masih diserang rasa trauma akan penyakit dan kemiskinan keluarga. Rentetan kehilangan keluarganya terjadi antara bulan Maret dan Juni tahun 1903. Tersisa mereka berdua yang saling menyokong untuk melanjutkan hidup.
Dengan kerja keras adiknya Marianna yang bekerja sebagai penjahit di Miss Teahan's Gowns. Awal tahun kehidupan mereka berdua karya Gibran berhasil diterbitkan dengan upah hasil menjahit Marianna.
Tahun 1908 Gibran singgah di Paris lagi. perekonomiannya mulai membaik, secara rutin menerima cukup uang dari Mary Haskell. Wanita yang bekerja sebagai kepala sekolah yang berusia 10 tahun lebih tua namun diketahui memiliki hubungan khusus dengannya sejak masih tinggal di Boston. Mulai tahun 1909 sampai 1910, Gibran belajar di School of Beaux Arts dan Julian Academy. Saat kembali ke Boston, Gibran mendirikan sebuah studio di West Cedar Street di bagian kota Beacon Hilldan. Sejak itu dia yang mengambil tugas memenuhi kebutuhan yang berhubungana dengan keuangan keluarga.
Tahun 1911 Gibran pindah ke kota New York. Disana Gibran bekerja di apartemen studionya di 51 West Tenth Street. Bangunan yang sengaja didirikan untuk tempat melukis dan menulis. Salah satu karyanya berjudul “Broken Wings” telah diterbitkan dalam bahasa Arab. Dalam cerita berbau roman, kisah cinta antara tokoh utama Selma Karami menyukai murinya. Tapi takdir menggiringnya harus bertunangan dengan kemenakannya sebelum akhirnya menikah dengan seorang uskup yang oportunis. Buku Gibran memberikan pengaruh yang cukup besar di tanah Arab. Karena wanita-wanita Arab sering kali dijadikan nomor dua untuk kesempatan berbicara. Padahal mereka menginginkan pula hak untuk berbicara dalam pernikahan yang selalu diatur. Pada cetakan pertama Gibran mempersembahkannya pada Mary Haskell.
Sebelum tahun 1918, Gibran sudah siap meluncurkan karya pertamanya dalam bahasa Inggris, "The Madman", "His Parables and Poems". Persahabatan yang erat antara Mary tergambar dalam "The Madman". Setelah "The Madman", buku Gibran yang berbahasa Inggris adalah "Twenty Drawing", 1919; "The Forerunne", 1920; dan "Sang Nabi" pada tahun 1923. Karya-karya itu adalah suatu cara agar dirinya memahami dunia sebagai orang dewasa dan sebagai seorang siswa sekolah di Lebanon. Karyanya ditulis dalam bahasa Arab, namun tidak dipublikasikan dan kemudian dikembangkan lagi untuk ditulis ulang dalam bahasa Inggris pada tahun 1918-1922.
Sebelum terbitnya "Sang Nabi", hubungan dekat antara Mary dan Gibran mulai tidak jelas. Mary dilamar Florance Minis, seorang pengusaha kaya dari Georgia. Ia menawarkan pada Mary sebuah kehidupan mewah dan mendesaknya agar melepaskan tanggung jawab pendidikannya. Walau hubungan Mary dan Gibran pada mulanya masih berada dititik pertimbangan dan masih mendiskusikan mengenai kemungkinan pernikahan mereka, Namun pada dasarnya prinsip-prinsip Mary selama ini banyak yang berbeda dengan Gibran. Ketidaksabaran mereka dalam membina hubungan dekat dan penolakan mereka terhadap ikatan perkawinan dengan jelas telah merasuk ke dalam hubungan tersebut. Akhirnya Mary menerima Florance Minis.
Pada tahun 1920 Gibran mendirikan sebuah asosiasi penulis Arab yang dinamakan Arrabithah Al Alamia (Ikatan Penulis). Tujuan ikatan ini merombak kesusastraan Arab yang stagnan. Seiring dengan naiknya reputasi Gibran, ia memiliki banyak pengagum. Salah satunya adalah Barbara Young. Ia mengenal Gibran setelah membaca "Sang Nabi". Barbara Young sendiri merupakan pemilik sebuah toko buku yang sebelumnya menjadi guru bahasa Inggris. Selama 8 tahun tinggal di New York, Barbara Young ikut aktif dalam kegiatan studio Gibran.
Gibran menyelesaikan "Sand and Foam" tahun 1926, dan "Jesus the Son of Man" pada tahun 1928. Ia juga membacakan naskah drama tulisannya, "Lazarus" pada tanggal 6 Januari 1929. Setelah itu Gibran menyelesaikan "The Earth Gods" pada tahun 1931. Karyanya yang lain "The Wanderer", yang selama ini ada di tangan Mary, diterbitkan tanpa nama pada tahun 1932, setelah kematiannya. Tulisannya yang lain "The Garden of the Propeth".
Tiba dipenghujung hayat. Tepat tanggal 10 April 1931 jam 11.00 malam, Gibran meninggal dunia. Tubuhnya memang telah lama digerogoti sirosis hati dan tuberkulosis, tapi Gibran selalu menolak perawatan di rumah sakit. Pada pagi hari terakhir itu, dia dibawa ke St. Vincent's Hospital di Greenwich Village.
Hari berikutnya Marianna mengirim telegram ke Mary di Savannah untuk mengabarkan kematian penyair ini. Meskipun harus merawat suaminya yang saat itu juga menderita sakit, Mary tetap menyempatkan diri untuk melayat.
Jenazah Gibran kemudian dikebumikan tanggal 21 Agustus di Mar Sarkis (sekarang Gibran Museum), sebuah biara Karmelit di mana Gibran pernah melakukan ibadah.
Sepeninggal Gibran, Barbara Younglah yang mengetahui seluk-beluk studio, warisan dan tanah peninggalan Gibran. Juga secarik kertas yang bertuliskan, "Di dalam hatiku masih ada sedikit keinginan untuk membantu dunia Timur, karena ia telah banyak sekali membantuku."
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
ReplyDeleteDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny