Tuesday, September 30, 2014

SHE IS MY MOM OLEH JUWITA SARI

MOM

     

ibu dan anak-anaknya
        Kagum mungkin kata yang tepat mengetahui keluarga ini telah mampu bertahan selama 30 tahun lamanya nyaris seperti tanpa ada cacat sedikit pun walaupun ibu rumah tangga dari keluarga ini sedang sakit mereka selalu menjalani hidup dengan normal, mereka hidup bahagia layaknya cerita dinegeri dongeng yang selalu berakhir bahagia selamanya. Seorang ibu rumah tangga yang berhasil mendidik anak-anaknya hingga meraih gelar sarjana sungguh langkah yang tidak mudah, berkat suami yang berstatus pegawai negri sipil yang selalu berusaha mencarikan nafkah untuk masa depan anak-anaknya sungguh kerja sama rumah tangga yang kuat. Tidak mudah pula mendidik enam orang anak hingga sekarang dua anaknya telah menikah, dan sekarang sepasang suami istri ini telah menjadi seorang kakek dan nenek dengan dua orang cucu dari anak pertamanya, dua orang lagi baru saja menyelesaikan studinya diakhir tahun 2013, dan dua anaknya laki-laki yang ke lima masih duduk di kelas tiga SMA, dan si bungsu berada di sekolah dasar kelas lima.
        Menjadikan hidup bagaikan pasir putih dipantai memang tidak mudah, pasir yang selalu dihempas gelombang air laut yang lembut terkadang gelombang tinggi datang memukul tepiannya, atau gelombang yang lebih besar memporak porandakan dengan kekuatan tsunami, apakah pasir-pasir itu melawan ?,  apakah pernah terdengar gempa akibat dari pasir-pasir dipantai?, tidak, pasir-pasir itu tetap berkilau indah dan hidup berdampingan dengan ombak hingga selalu membuat senang orang-orang menatapnya.
Semenjak empat tahun terakhir ibu rumah tangga yang berhasil mendidik anak-anaknya ini mengalami penyakit yang  belum bisa disembuhkan, dia sudah berobat kesana kemari namun hasilnya masih sama sembuh diawal berobat dan kambuh lagi, menjadi kuat seperti pasir dipantai memang butuh kekuatan yang luar biasa. Dari tahun ke tahun dengan perlahan daging yang membungkus tulangnya semakin menipis. Walaupun  anak-anaknya sibuk kerja dengan berbagai urusan yang berbeda mereka tetap setia mendampingi dan berusaha meluangkan waktu untuk menemani ibunya.
Akhir tahun 2013 Sita anak ke empatnya akan diwisuda. Saat ingin berangkat ke lokasi ada senyum bahagia melihat sosok ibunya bernampilan cantik hari ini memakai baju merah yang matching dengan bawahannya walaupun riasan masih belum mampu menyembunyikan keriput diwajahnya namun dari parasnya masih menegaskan dia memiliki wajah yang cantik diwaktu muda. Sita mengira kali ini wisudahnya hanya akan ada foto dengan orang tua tunggal dan semua berjalan diluar dugaan, ini cukup menjadi kado yang indah untuk hari wisudahnya. Yah itulah ibu dari enam orang anak walaupun jalannya masih harus dipapah demi melihat anaknya mengenakan toga dan menjadi salah satu wisudawan dari universitas terkenal dikotanya, sakit bukanlah hambatan.
Tiga bulan setelah memasuki tahun baru, keluarga ini masih terlihat baik-baik saja, dua anak perempuannya telah hidup masing-masing bersama suaminya, anak ketiganya masih bekerja seperti biasa, Sita anak ke empat selalu setia mendapingi ibunya sambil mengikuti tes wawancara untuk kerja, anak laki-lakinya yang ke lima lebih banyak diam dan tahun ini dia akan melepas seragam SMA nya dan segera memasuki dunia pendidikan yang baru, terakhir sibungsu Byan masih berada sekolah dasar yang jaraknya dapat ditempuh dengan jalan kaki, hanya ayah yang terlihat semakin sibuk yang biasanya pulang jam lima sore kali ini hingga jam 9 malam dia baru tiba dirumah, ibu merasa tidak nyaman melihat suaminya seperti itu, saat ditanya ayah hanya mengatakan sibuk dikantor. Setelah pulang kerja putri keduanya terkadang meluangkan waktu untuk mengunjungi ibunya. Namun ada sedikit pemandangan aneh terjadi dikeluarga ini yang mulai merusak keharmonisannya.
“Kak ada apa dengan mama, kenapa nangis ?”. Ternyata Sita sempat memperhatikan ibu dan kakak nya sedang ngobrol, namun tidak mendengar percakapan mereka karena volume suaranya yang begitu kecil.
“Dia hanya sedang bersedih”
“ Iya sedang bersedih kenapa ?”, dengan ekspresi ingin mencari tahu sendiri tanpa harus bertanya lansung ke ibu
“Coba tanya sendiri ada apa”. Sita tidak berani untuk bertanya ada apa sebenarnya namun feeling nya mengatakan hal ini ada hubungannya dengan ayah.
Rumah tangga yang seolah-olah telah didesain seperti negeri dongeng mengalami ujian diluar dugaan mereka, entah mengapa keluarga itu sedang memainkan cerita seperti dalam drama. ibu menyadari ayah telah berubah akhir-akhir ini, beberapa kali mendapati ayah menelpon seseorang yang tidak sepert biasanya jika dia menelpon. Rumah tangga yang telah terbina hingga hadirnya cucu ternyata telah digoyahkan dengan kehadiran orang ketiga dalam keluarga.
Ayah sering kali pulang larut malam jadi ibu mengunci pintu agar ayah tidak bisa masuk, jika terjadi seperti ini Byan segera naik kelantai dua untuk melihat ayah sejenak kemudian berlindung dibalik tembok menyembunyikan wajahnya yang sudah berlinang air mata melihat ayah diluar dengan suara serak dia berusaha menyampaikan kalau ayah dilarang masuk ibu.
“Ma… ibu ayah janji tidak akan melakukan hal itu lagi, ayah akan tepat waktu pulang, ma… bukain pintu ayah ma… hiks”. Byan berusaha membujuk ibu dengan suara tangis yang beberapa kali sesenggukan, namun hati ibu terlanjur luka karena ayah yang sudah tidak menghiraukan ucapan ibu seperti sedia kala.
Byan anak bungsunya yang sangat dekat dengan ayah, setiap ayah ingin keluar diakhir minggu pasti dia ikut, bahkan tidurpun mereka selalu bersama. Dia masih terlalu kecil untuk mengerti kondisi seperti ini, namun terkadang kondisi yang membuat usia bukanlah penghalang seorang anak akan berpikir dewasa atau memilih diam seolah-olah tidak terjadi apa-apa, namun Byan bukanlah anak yang diam membisu melihat kejadian ini. Beberapa hari ibu menghabiskan waktunya menangis hingga larut malam pun dia masih menangis, suara isakannya terdengar hingga kelantai dua di kamar anak-anaknya tidur, tepat disudut kamar ada hati pula yang sakit dan berusaha mengatakan pada diri sendiri semua akan baik-baik saja.
Menata kembali hati yang terluka dari kehilangan sosok kepala rumah tangga bukanlah suatu proses yang mudah. Ayah sudah menegaskan ke ibu dia tidak bisa melepaskan perempuan yang baru dikenalnya beberapa bulan dibandingkan mempertahankan hubungannya dengan istrinya tanpa mempertimbangkan proses penyembuhan ibu yang sedang sakit. Semuanya merasa kecewa dan sakit hati mendengar keputusan ayah seperti itu, namun mereka tidak memperlihatkan rasa sakitnya dan berusaha menyembunyikannya agar ibu tidak bertambah sedih melihat anaknya yang sedih.
Tiga bulan telah berlalu dari kepergian ayah, terkadang dia masih datang mengunjungi istrinya mungkin masih tersisa sedikit cinta atau kenangan yang mengantarkannya datang kembali, namun ibu sudah menutup pintu hati dan pintu rumah ini untuk ayah dia memilih untuk berusaha sembuh dari sakitnya bersama anak-anaknya yang akan terus tumbuh menjadi dewasa.
Empat bulan telah berlalu kondisi rumah sudah semakin stabil, Byan pun yang paling kehilangan ayah diantara saudara-saudaranya sudah mampu mengerti ibunya, dia sering menemani ibu cerita tentang sekolah barunya karena dia tahu ibu tidak suka sendirian, bertepatan naik kelas lima Byan pindah sekolah agar dia tidak bertemu dengan ayah dan tidak sakit hati lagi dengan pertemuan terkadang memberikan janji yang entah kapan ditepatinya. Ibu masih terus berjuang untuk sembuh agar tubuhnya bisa sehat seperti dulu lagi. Hidup itu banyak pilihan dan butuh perjuangan, menjadi manusia setia yang selalu mendapingi mulai dari titik nol pun akan banyak ujian menghadang  dan hanya kesetiaan hatilah yang mapu melewatinya.
Mereka pun bangga dan merasa beruntung dilahirkan dari rahim seorang ibu yang luar biasa, ibu adalah saksi sejarah anak-anaknya dari kecil hingga menjadi dewasa, orang yang takkan melepaskan anak-anaknya dengan alasan apapun adalah ibu, orang yang selalu menomor duakan dirinya diatas segala-galanya adalah ibu, orang yang selalu marah-marah pun adalah ibu karena itu demi anaknya, dan orang yang paling rapuh dikeluarga itu saat kepergian ayah adalah ibu dan kini dia berhasil menata hatinya demi anak-anaknya dan menjadi pasir putih yang berkilau.

No comments:

Post a Comment