Thursday, December 17, 2015

TEMANYA SIH MURAL OLEH JUWITA SARI

Wuah…. Lama juga tidak menulis di blog. Sampe Mr. blue (read: lapto saya) sudah selingkuh dengan si debu yang lebih setia. Demi belajar hidup mandiri mencampakan dia sementara sepertinya tidak masalah. Ngobrol tentang hidup mandiri Alhamdulillah baru saja dapat rezeki job sampingan dari hobby. Dulunya suka gambar-gambar manga, atau corat coret sana sini yah… sekedar memenuhi kesenangan aja. Dan sekarang jeng jereng….

Hanya berawal dari kafe borongan yang dibangun rezeki itupun datang. Mural, saya pikir para penjelajah kafe seharusnya sudah tahu tentang ini. Pernah liat seni lukis di dinding pakai cat kan? Nah itu namanya mural. Coba jelajahi Fb kafe baca satu ini. Yang ada kupu-kupunya saya yang design, kalo dinding bergambar cangkir tumpah teman saya, sekalian jadi patner kerja juga. Ups jadi promosi, emang lagi niat promosi sih sebenarnya.

Hari itu saya yang dapat tugas jaga kafe. Ada pelanggan yang nunjuk dinding bagian ada tulisannya. Terus nanya dari apa ini? Yah saya jawab, pake spidol. Dengan muka bloon masih tidak ngerti maksud pertanyaan. Dia ketawa, saya masih bertahan ekspresi dari awal. Pertanyaannya diralat. Maksudnya sapa yang design ini?. Saya baru ngeh deh, saya jawab. Saya, trus nunjuk dinding yang satunya. Kalo yang ini teman saya. Kebetulan orangnya to the point, dia lansung minta kamarnya di design juga. Setelah menikmati makan dan minum. Ujung kata ingin pulang kami tukaran kontak. Malamnya kami BBm an, dia kirimin kondisi kamarnya. Dan inilah hasilnya….

Before
gambar sebelum mural
dinding sebelum mural

Sebelum action, wajib cuap cuap dulu dengan klien sukanya warna apa, ingin tema apa, perlihatkan beberapa contoh gambar biar jadi gambaran design yang dia suka. Alhamdulillah sehari kerja sketsanya udah jadi. Pas perlihatkan ternyata tidak banyak ingin di ubah. Eits jangan lupa, bicarakan harga di awal jangan sampai udah jauh banget ngobrolnya ternyata harga nggak cocok. 
gambar sketsa dinding
menggambar sketsa
Ini dia versi rampungnya.

gambar 1 setelah mural

gambar 2 setelah mural

gambar 3 setelah mural

gambar 4 setelah mural


gambar 5 setelah mural

gambar 6 setelah mural
gambar 7 setelah mural
Ini dia hasil akhir kerjaan kami
Dulunya sih nge catnya borongan waktu bangun kafe, kalo yang ini asli kami berdua. Sempat ada yang butuh dan tertarik untuk jasa design rumah. Patner saya ini namanya Dia, lulusan teknik arsitek. Pengalaman dalam nge design rumah sudah masuk kategori wah, menurut saya. Pernah kerja di Bali, nama kantornya Bale Maker. Berhubung emaknya minta dia di deportase ke kampung halaman. Kantor yang begitu nyaman harus ditinggal. Loh... loh kog jadi biografi sih. Ok ini hanya iklan.

Finally, sekian tentang mural semoga bermanfaat. Oh iya saran aja, kalo ada tangga yang pijakannya lebar seperti yang di pakai toko-toko itu sebaiknya pakai yang gitu aja untuk mural bagian dinding yang tinggi. Kalo nggak ada yah siap-siap aja kakinya berasa habis long march.


Wednesday, August 5, 2015

CAT IN THE RAIN OLEH ERNEST HEMINGWAY

Kucing berjalan setelah hujan
image Catti
Sepasang suami‑istri Amerika singgah di hotel itu. Mereka tidak mengenal orang‑orang yang lalu‑lalang dan berpapasan sepanjang tangga yang mereka lewati pulang‑pergi ke kamar mereka. Kamar mereka terletak di lantai kedua menghadap laut. Juga menghadap ke taman rakyat dan monumen perang. Ada pohon palm besar‑besar dan pepohonan hijau lainnya di taman rakyat itu. Dalam cuaca yang baik biasanya ada seorang pelukis bersama papan lukisnya. Para pelukis menyukai pepohonan palm itu dan warna‑warna cerah dari hotel‑hotel yang menghadap ke taman‑taman dan laut.
Di depan monumen perang tampak iring‑iringan wisata­wan Italia membentuk barisan membujur untuk menyaksikan monumen itu. Monumen yang tampak kemerahan dan berkilauan di bawah guyuran hujan. Saat itu sedang hujan. Air hujan menetes dari pohon‑pohon palm tadi. Air berkumpul memben­tuk genangan di jalan berkerikil. Ombak bergulung‑gulung membuat garis panjang dan memecah di tepi pantai. Beberapa sepeda motor keluar dari halaman monumen. Di seberang halaman, pada pintu  masuk sebuah kedai minum, berdiri seorang pelayan memandang ke halaman yang kini kosong.
Si istri Amerika tadi berdiri di depan jendela memandang keluar. Di sebelah kanan luar jendela mereka ada seekor kucing yang sedang meringkuk di bawah tetesan air yang jatuh dari sebuah meja hijau. Kucing tadi berusaha menggulung tubuhnya rapat‑rapat agar tidak ketetesan air.
“Aku akan turun ke bawah dan mengambil kucing itu,” ujar si istri.
“Biar aku yang melakukannya untukmu,” kata  suaminya  dari tempat tidur.
“Tidak, biar aku saja yang mengambilnya. Kucing malang itu berusaha mengeringkan tubuhnya di bawah sebuah meja.”
Si suami meneruskan bacaannya sambil berbaring bertelekan di atas dua buah bantal pada kaki ranjang.
“Jangan berbasah‑basah,” ia memperingatkan.
Si istri turun ke bawah dan si pemilik hotel segera berdiri memberi hormat kepadanya begitu wanita tadi mele­wati kantornya. Mejanya terletak jauh di ujung kantor. Ia seorang laki‑laki tua dan sangat tinggi.
“Il piove,” ujar si istri. Ia menyukai pemilik hotel itu.
“Si, si, Signora, brutto tempo. Cuaca sangat buruk.”
Ia berdiri di belakang mejanya yang jauh di ujung ruangan suram itu. Si istri menyukai pria itu. Ia suka caranya dalam memberi perhatian kepada para tamu. Ia suka pada penampilan dan sikapnya. Ia suka cara pria tadi dalam melayaninya. Ia suka bagaimana pria itu menetapi profesi­nya sebagai seorang pemilik hotel. Ia pun menyukai ketuaannya, wajahnya yang keras, dan kedua belah tangannya yang besar‑besar.
Dengan memendam perasaan suka kepada pria itu di dalam hatinya, si  istri membuka pintu dan menengok ke­luar. Saat itu hujan semakin deras. Seorang laki‑laki yang memakai mantel karet tanpa lengan menyeberang melewati halaman kosong tadi menuju ke kedai minum. Kucing itu mestinya ada di sebelah kanan. Mungkin binatang tadi berjalan di bawah atap‑atap. Ketika si istri masih termangu di pintu masuk sebuah payung terbuka di belakangnya. Ternyata orang itu adalah pelayan wanita yang mengurusi kamar mereka.
“Anda jangan berbasah‑basah,” wanita itu tersenyum, berbicara dalam bahasa Itali. Tentu pemilik hotel tadi yang menyuruhnya.
Bersama pelayan wanita yang memayunginya si istri berjalan menyusuri jalan berkerikil sampai akhirnya ia berada di bawah jendela kamar mereka. Meja itu terletak di sana, tercuci hijau cerah oleh air hujan, tapi kucing tadi sudah lenyap. Tiba‑tiba ia merasa kecewa. Si pelayan wanita memandanginya.
“Ha perduto qualque cosa, Signora?”
“Tadi ada seekor kucing,” jawab si istri.
“Seekor kucing?”
“Si, il gatto.”
“Seekor kucing?” Pelayan wanita tadi tertawa. “Seekor kucing di bawah guyuran hujan?”
“Ya,” jawabnya, “di bawah meja itu”. Lalu, “Oh, aku sangat menginginkannya. Aku ingin memiliki seekor kucing.”
Ketika ia berbicara dalam bahasa Inggris wajah si pelayan menegang.
“Mari, signora,” katanya. “Kita harus segera kembali ke dalam. Anda akan basah nanti.”
“Mungkin juga,” jawab wanita Amerika itu.
Mereka kembali melewati jalan berkerikil dan masuk melalui pintu. Si pelayan berdiri di luar untuk menutup payung. Begitu si istri lewat di depan kantor, pemilik hotel memberi hormat dari mejanya. Ada semacam perasaan sangat kecil dalam diri wanita itu. Pria tadi membuatnya menjadi sangat kecil dan pada saat yang sama juga membuat­nya merasa menjadi sangat penting. Untuk saat itu si istri merasakan bahwa seolah‑olah dirinya menjadi begitu pentingnya. Ia menaiki tangga. Lalu membuka pintu kamar. George masih asyik membaca di atas ranjang.
“Apakah kau dapatkan kucing itu?” tanyanya sambil meletakkan buku.
“Ia lenyap.”
“Kira‑kira tahu kemana perginya?” tanya si suami sambil memejamkan mata.
Si istri duduk di atas ranjang.
“Aku sangat menginginkannya,” ujarnya. “Aku tidak tahu mengapa aku begitu menginginkannya. Aku ingin kucing malang itu. Sungguh tidak enak menjadi seekor kucing yang malang dan kehujanan di luar sana.”
George meneruskan membaca.
Si istri beranjak dan duduk di muka cermin pada meja hias, memandangi dirinya dengan sebuah cermin lain di tangannya. Ia menelusuri raut wajahnya, dari satu bagian ke bagian lain. Kemudian ia menelusuri kepala bagian belakang sampai ke lehernya.
“Menurutmu bagaimana kalau rambutku dibiarkan pan­jang?” tanyanya sambil menelusuri raut wajahnya kembali.
George mendongak dan memandang kuduk istrinya dari belakang, rambutnya terpotong pendek seperti laki‑laki.
“Aku suka seperti itu.”
“Aku sudah bosan begini,” kata si istri. “Aku  bosan kelihatan seperti laki‑laki.”
George menaikkan tubuhnya. Ia terus memandangi istrinya semenjak wanita itu mulai berbicara tadi.
“Kau cantik dan bertambah manis,” pujinya. Si istri meletakkan  cermin kecil dari tangannya dan berjalan menuju jendela, memandang keluar. Hari mulai gelap.
“Aku ingin rambutku tebal dan panjang agar bisa dikepang,” katanya. “Aku ingin seekor kucing duduk dalam pangkuanku dan mengeong waktu kubelai.”
“Yeah?” komentar George dari ranjangnya.
“Dan aku ingin makan di atas meja dengan piring perakku sendiri dan ada lilin‑lilin. Kemudian aku ingin mengurai rambutku lalu menyisirnya di muka cermin, dan aku ingin seekor kucing, dan aku ingin baju‑baju baru.”
“Ah, sudahlah. Ambillah bacaan,” tukas George. Lalu ia meneruskan membaca lagi.
Istrinya memandang keluar lewat jendela. Semakin gelap sekarang dan dari pohon‑pohon palm masih jatuh tete­san‑tetesan air.
“Baiklah, aku ingin seekor kucing,” ujar istrinya, “aku ingin seekor kucing. Saat ini aku ingin seekor kucing. Seandainya aku tidak bisa memiliki rambut yang pan­jang atau kesenangan lainnya, aku punya seekor kucing.”
George tak peduli. Ia membaca bukunya. Si istri memandang keluar lewat jendela di mana lampu telah menyala di halaman.
Seseorang mengetuk pintu.
“Avanti,” kata George. Ia mendongak.
Di pintu masuk berdiri seorang pelayan wanita. Ia membawa sebuah boneka kucing dari kulit  kura‑kura darat dan menyerahkannya ke depan.
“Permisi,” sapanya, “pemilik hotel ini mengutus saya menyerahkan boneka ini kepada Nyonya.”
Jika dibilang penggemar bukan, saya baru saja mengenal Ernest Hemingway dari blog fiksi lotus. Saat terselip nama Ernest Hemingway di salah satu tulisannya, penulis begitu mengelu elukan beliau. Saya penasaran sebaik apa ya karyanya. Pas searching-searching ternyata dia salah satu sastrawan yang cukup dikenal dunia hanya sayang dia berakhir dengan bunuh diri saat berumur 61 tahun. Ini salah satu tulisannya yang cukup terkenal dan ini pula tulisannya yang pertama kali saya baca. Sedikit bingung, oh salah banyak bingung lebih tepatnya. Saat membacanya, jujur membosankan, tetapi saya pikir dunia tidak akan bodoh memberikan gelar seorang sastrawan terbaik hingga mendapatkan nobel. Saya terus membacanya hingga selesai, kesimpulannya, tidak mungkin penulis ingin memberi pelajaran bagaimana mengasihani kucing kan?. Sepertinya saya terlalu banyak membaca tulisan berbau tersurat hingga kesulitan menemukan tulisan yang tersirat. Jika sudah berbaur dengan intrinsik dan ekstrinsik memang tidak mudah. Bahkan saya tengok komen pembaca mengalami kebingungan yang sama. Saya merasa tidak puas jika tidak bisa menemuka apa yang dimaksud, saya juga tidak ingin minta bantuan om google, dapat menemukan sendiri rasanya itu "sesuatu". Lama saya meninggalkan laptop, namuan masih didera penasaran. Bermenit-menit kemudian "a... itu maksudnya" hal yang sangat sederhana namun sering terjadi hampir setiap pasangan.  


Monday, March 30, 2015

EDISI DUO KURCACI OLEH JUWITA SARI


anak perempuan berkerudung
      Kenalin ni om, tante, dan kakak kakak semuanya nama aku Watsiko Mujahidah Burhanuddin nama panggilannya sih Siko, kalo ayah manggilnya Koko sebenarnya aku ingin komplen itukan suara ayam karena aku belum pintar rangkai kata untuk komplen jadi terima sajalah, lagian kalo orang-orang nanya siapa nama ayah ku jawab Wanuddin nggak apa-apa kan kan masih belajar.
        Aku lahir di Maros, 4 Januari 2011. Tempatnya sama dengan tante ku yang punya blog ini, aku paling seneng main dengan Nurul anak tetangga rumah nenek aku soalnya dia punya rambut panjang jadi mupeng punya rambut gitu. Nenek pernah ngomong katanya kalo rambut digunting nanti bisa tambah panjang, jadi aku lansung lari ke kamar tante ku minta gunting dan bilang "hola (red: tante) minta gunting supaya rambut aku tambah panjang", eh dia pasang muka bloon peduli amat yang penting guntingnya udah ada. Sorenya tante aku duduk-duduk diluar aku nanya "Hola kenapa rambut aku nggak panjang padahal sudah digunting ?" sekarang dia malah tertawa saat ini aku sadar jadi orang dewasa itu rumit.
anak kecil perempuan
          Liat tuh rambut aku tega banget kan nenek ku -_- hiks hiks gara-gara rambut pendek ini dan obsesi rambut panjang jadi kudung ku sering aku pake ala-ala rambut. Dan pelampiasan keduanya ke tante aku ini dia punya rambut panjang jadi aku selalu ikatin rambutnya, yang anehnya dia selalu teriak-teriak kalo aku ikat yah aku tegur "Udah dibilangin diam ya diam", capek deh liat orang dewasa.
         Hobby aku tuh seneng liat orang jengkel termasuk tuh kacamata nenek aku bawa kabur sambil eksis, sering ikat rambut tante ku pake karet gelang padahal dia nggak suka banget katanya sakit kalo dilepas jadi aku sembunyi-sembunyi ikatnya. Ah pernah juga ni aku bawa kabur ponsel tante-tante ku karena keseringan bawa kabur aku lupa sembunyiin dimana bahkan ada yang sampe sehari lebih baru nemunya di miskol nggak bunyi karena lowbet dan signalnya ilang. Paling naas nih ponsel tante kedua ku soalnya nggak ketemu-ketemu jadi ayah deh yang ganti rugi nggak apa-apa katanya itukan tugas orang tua. Yang paling seru ni pake bedak padat mama ku sampe berapa kali jatuh eh jadi pecah, bawa kabur lipstik dan cillak nenek ku, sekalian krimnya tante-tante ku soalnya seru kali aku liat mereka pake jadi kepengen kinclong juga. Dibalik semua ekspresi suka-suka gua aku pernah nanya ke orang-orang "Siko nakal yah ?" kata mereka "Siko nggak nakal cuman Over aktif", ya udah aku lanjutin aja lagian aku nggak mengerti nakal itu apa ?.              
anak perempuan dan wanita photo bersama\
Sebenarnya ini sih udah lama waktu aku masih satu tahun nganterin tante ku pergi KKN sayangnya potonya cuman sepotong ah salahnya sendiri lagian dia juga yang ngambil potonya, kalian lihat bagaimana persekutuan mereka ngebotakin aku katanya supaya rambutnya cantik kayak di pilm-pilm sampe umur ku empat tahun rambut ku nggak cantik-cantik.
        Alhamdulillah badan aku perfek nggak kayak model sih tapi yang penting sehat, walaupun aku nggak suka makan tapi aku rajin minum susu itu rahasia kesehatan aku. Kalo lagi mood baru aku makan, tapi makanan yang paling maknyos itu yah bakso mud nggak mud hantam. Mama jarang bawa aku ikut dia keluar jadi aku sering dititip sama tante aku yang udah ngaggur setelah sarjana (kasian...) enak-enaknya tidur pas bangun eh mama udah lenyap yah aku nangis pas tante datang nenangin katanya mama keluar beliin teh gelas adem deh hatinya lanjutin tidur lagi.
        Sekarang umur aku udah empat tahun udah nggak sabar masuk sekolah punya banyak teman, bermain lari-lari, nyanyi, dan banyak lagi tapi kata tante aku nanti nggak punya teman soalnya aku suka lempar-lempar kalo lagi marah terus nangisnya kayak orang kesurupan teriak-teriak, aku nggak ngerti apa maksudnya yang penting aku ingin sekolah titik.
         Hallo dunia kenalin aku  Haffid Mujahidin Burhanuddin adeknya kakak Siko aku lahir di Maros, 15 Maret 2013. Jahat ya tante aku nggak dateng jengukin pas aku dilahirin katanya dia lagi KKN waktu itu, karena alasannya masuk akal jadi aku terima aja. Nasib ku jadi adek tidak begitu makmur beberapa kali aku ditindas kakak ku sendiri kalo orang dewasa pada sibuk aku dilupakan kakak ku cubit aku karena beda body jelas aku cuman bisa nangis. Tetapi itu dulu waktu masih satu tahun sekarang aku sudah dua tahun walaupun masih beda body setidaknya suara tangis ku udah lebih gede dari kakak jadi itu pertahanan yang baik buat nyelamatin diri.anak laki-laki tercengang
           Aku nggak kayak kakak suka teriak-teriak kalo ditinggal bentar mama, nangis sih iya tapi cuman bentar anak laki-laki kan nggak boleh cengeng malu sama ayam tetangga. Kata orang-orang aku cowok pretty termasuk tante-tante aku bilangnya kayak gitu, jadinya mereka sering makekin aku pakaian kakak sebel banget di jadiin perempuan walalupun meronta-ronta karena orang dewasa yang jahat akan penasaran tetap dipaksa pake, tapi terkadang otak ku lagi eror aku ambil kerudung tante ku terus aku pak rencana sih untuk mukena biar bisa shalat kayak mama dan tante sering aku perhatii. 
        Setiap hari ayah selalu nelpon mama kalo udah siang, dan cek kami satu persatu, pertama mama yang cerita terus kakak, terakhir aku karena paling nggak suka diganggu pas nelpon jadi kalo lagi bicara aku selalu keluar ketempat sepi ngomong sama ayah seperti ini "Ayah, eng nai ya yu ye ko Ayah... huk ji ke ko" aku nggak ngerti ayah ngomong apa lebih-lebih ayah pasti nggak ngerti bahasa batita karena udah cukup lama telepon jadinya ditutup. Yang paling aku suka kalo ayah keluar daerah dia bawa durian aku suka banget durian walopun awalnya suka tutup idung kalo nyium baunya ternyata rasanya maknyos juga sampai-sampai karung beras aku kira karung durian karena ayah selalu bawa durian dalam karung.
anak laki-laki
      Cilukba... ni lagi nongkrong di tukang bakso dekat mesjid Al-markas maros abis temani mama keluar. ceritanya mau poto sama si tukang bakso tapi dianya lagi sibuk ngeracik jadi poto sendiri sajalah, aku lupa kakak lagi kemana tumbenan dia nggak muncul kalo lagi gifo-gifo gini. Mungkin karena turunan kakak, mama, tante-tante dan om ku semua suka banget makan bakso tapi cuman satu orang yang gemuk itupun memang karena dari lahir. 
       Mau tau apa yang buat aku paling nggak ikhlas didunia ini ?, kalo kakak aku diluar terus aku cuman bisa mandangi dia lari-lari sambil ketawa ketiwi dari balik pagar karena dia sudah tumbuh tinggi beberapa kali berhasil panjat pagar dan meloloskan diri kalo aku kasihan gimana ?, ngomong aja susah cuman bisa narik-narik  baju kalo capek ngomong terus nggak ada yang ngerti, kalo ada kamus untuk bahasa ini dan itu kenapa tidak ada kamus untuk bahasa kami para batita ?. 
anak-anak foto berdua

Lihat tuh kakak ku pengen peluk-peluk pas difoto, ah bermuka dua banget kalo lagi sebel suka banget cubitin aku bahkan digigit. Waktu balas dendam yang paling ampuh nih terkadang aku gangguin dia kalo lagi tidur, dan salah satu moment nyebelinnya kalo liat dia nangis nggak mau diam aku pukulin karena masih mewek dan jengkel dengan aksi ku dia dorong aku terkadang sampai kejedot kursi untuk aku tidak apa-apa.
        Sekian pengenalan dan kisah dunia  kami yang bahagia yang tak tahu selama-lamanya atau tidak.
  
(My true story)